KESULITAN PADA TEORI
DARWIN
Terbitnya buku Darwin menimbulkan gejolak intelektual
yang hebat. Yang bereaksi menentang teori evolusi tak hanya tokoh gereja dan
pemikir-prmikir konservatif, tetapi juga dari beberapa ilmuwan biologi di zaman
itu. Salah satu bab dalam buku he Origin of Species”, yaitu Difficulties on Theory (Kesulitan pada
Teori) pun Darwin mengungkapkan kelemahan-kelemahan teorinya.Darwin sangat
hati-hati dan cukup bijaksana dalam menanggapi dan menganalisis keberatan-keberatan
terhadap teori evolusinya. Kebanyakan dari tantangan itu tak lagi menarik
tetapi sebagian membantu penyelesaian beberapa hal penting yang menuntun ke
arah perlunya penelitian lebih lanjut. Ia menanggapinya dengan memberikan
asumsi-asumsi berdasarkan contoh-contoh makhluk hidup yang pernah ia amati.
Pertanyaan yang diungkapkan pada bab Difficulties on Theory antara lain :
1.
Jika
spesies memang berasal dari spesies lain
melalui perubahan yang bertahap, mengapa kita tidak menemukan bentuk transisi
di manapun? Mengapa tidak seluruh alam hidup dalam kekacauan saja dan bukannya
hanya meninggalkan seperti yang kita lihat sekarang?
Jawaban
Darwin :
-
Tidak
seperti pemikiran para ahli geologi, Darwin memperkirakan bahwa catatan
geologis dan jumlah spesimen yang terdapat di seluruh museum tidak ada
apa-apanya bila dibandingkan dengan berbagai generasi spesies yang ada di muka
bumi. Dan karena catatan geologis yang
kita miliki sangat tidak sempurna, maka kita juga tidak berhak untuk berharap
bisa menemukan adanya berbagai hubungan lain
-
Jika
ada dua, tiga, atau lebih bentuk-bentuk kehidupan perantara yang ditemukan,
maka mereka oleh para naturalis biasanya dikelompokkan sebagai spesies baru,
khususnya bila perbedaan yang ditemukan dalam sub tahap geologis yang berbeda,
meskipun perbedaan yang ditemukan dari spesies yang ditemukan itu sangat kecil.
-
Banyak
spesies yang selama terbentuknya tidak pernah mengalami perubahan tetapi
langsung punah tanpa meninggalkan keturunan; dan periode di mana spesies
mengalami perubahan, meskipun dalam ukuran tahun bisa dikatakan sangat lama,
namun mungkin terlalu singkat bila dibandingkan dengan periode di mana mereka
tidak mengalami perubahan.
2.
Apakah
mungkin bahwa seekor hewan yang memiliki struktur kebiasaan seekor kelelawar
dapat dibentuk dengan modifikasi binatang lain yang memiliki struktur dan
kebiasaan yang amat berbeda? Dapatkah kita percaya bahwa seleksi alam di satu
pihak dapat menghasilkan sebuah organ yang tidak begitu penting seperti halnya
ekor jerapah yang berfungsi sebagai pengusir lalat, dan di pihak lain organ
yang sangat penting seperti mata?
Jawaban
Darwin :
Jika banyak tingkatan-tingkatan,
mulai dari mata yang
sempurna dan
kompleks hingga yang kurang sempurna dan sederhana
(namun masing-masing berguna bagi pemiliknya) dapat diungkap; dan lebih jauh, jika mata bervariasi
walau hanya sedikit, dan variasi itu diwariskan; dan jika variasi dan
modifikasi organ itu berguna bagi hewan yang berada pada kondisi kehidupan yang
berubah, maka kesulitan untuk mempercayai bahwa sebuah mata yang sempurna dan
kompleks dapat terbentuk dari seleksi alam (walaupun sulit untuk dibayangkan)
hampir dapat dianggap nyata.
Darwin mencontohkan gelembung renang
pada ikan sebagai penguat argumennya. Ia mengemukakan bahwa terdapat jenis ikan
dengan insang atau brachiae yang menghirup oksigen yang terlarut dalam air, dan
mereka juga menghirup oksigen bebas dalam gelembung renang mereka. Gelembung
renang memiliki dictus pneumaticus sebagai saluran penyuplai udara, dan telah
hampir dipisahkan oleh sekat pembuluh darah. Pada kasus tersebut, satu ataupun
dua organ dapat mudah dimodifikasi dan disempurnakan dengan bantuan modifikasi
organ lain, kemudian mungkin organ lain tersebut dapat berkembang dan
menjalankan fungsi yang berbeda atau mungkin malah tereduksi. Darwin menganggap
gelembung renang pada ikan adalah contoh yang baik, karena menunjukkan fakta
penting bahwa sebuah organ yang tadinya berfungsi sebagai pelampung mungkin
dapat berubah fungsi menjadi alat respirasi. Semua ahli fisiologi menyatakan
bahwa gelembung renang homolog dari segi posisi dan struktur paru-paru dari
hewan vertebrata di tingkat yang lebih tinggi.
3.
Dapatkah
insting diperoleh melalui seleksi alam? Apa dapat kita katakan mengenai insting
yang telah mendorong lebah untuk membuat sarang, dan yang secara praktis telah
mengantisipasi penemuan para ahli matematika yang berbobot?
Jawaban Darwin :
Darwin
beranggapan bahwa insting, walau dalam waktu yang sangat panjang dan hanya
memberi sedikit perbedaan hasil, dapat berubah karena menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan. Ia memberikan satu contoh mengenai sangat kecilnya
perbedaan struktur sel atau ruangan pada sarang lebah madu (hive-bee) dengan dengan sarang Melipona Meksiko, lebah yang dianggap
memiliki struktur intermediet antara hive-bee
dengan humble-bee walau lebih mirip
dengan humble-bee. Darwin menganalisis struktur sarang yang dibuat oleh humble-bee
adalah yang paling sederhana (menyimpan madu pada bekas kokon/kepompong mereka
dan membuat sekat lilin melingkar yang tak teratur) dibandingkan Melipona yang struktur sel/ruangan
sarangnya berbentuk lingkaran dengan ukuran yang mirip hive-bee, hingga yang paling sempurna yaitu hive-bee dengan struktur sel/ruangan sarangnya heksagonal dan
paling efisien dalam menghemat tempat dan lilin. Perubahan insting pembentukan
sarang tersebut diasumsikan Darwin berkaitan dengan ketersediaan nektar bunga
yang berbanding lurus dengan produksi wax/lilin
pembenuk sarang. Persediaan nektar pada musim dingin akan lebih sedikit,
sehingga lebah yang berada pada lokasi tersebut lama-kelamaan akan beradaptasi
dengan menghemat penggunaan wax/lilin
dan membuat ruangan sarang heksagonal yang efisien. Tentunya insting tersebut
diperoleh deangan tahapan dan proses yang panjang.
4.
Bagaimana
kita dapat menjelaskan spesies, yang jika disilangkan menjadi steril dan
menghasilkan keturunan yang steril, sedangkan ketika varietas disilangkan
kesuburannya tidak akan surut?
Jawaban Darwin :
Melihat
pada beberapa fakta dalam persilangan tumbuhan maupun hewan, maka Darwin
menyimpulkan bahwa beberapa tingkatan sterilitas merupakan hasil yang umum
terjadi baik pada induk persilangan pertama maupun hibridnya, namun hal
tersebut (dalam tingkatan pengetahuan kita saat ini) tidak dapat dinyatakan
sebagai suatu hal yang universal (masih terdapat kemungkinan-kemungkinan lain).
Terlebih lagi, sebagian besar varietas hasil ujicoba/eksperimen telah
dihasilkan dari kondisi terdomestikasi, dah hal tersebut dianggap Darwin
sebagai salah satu ‘celah’ pengurangan sterilitas pada persilangan di samping
faktor-faktor lainnya seperti sedikit perubahan kondisi kehidupan, dan biakan
yang memiliki bentuk atau varietas yang sedikit termodifikasi dari hasil
persilangan meningkatkan kekuatan dan fertilitas.
Namun, terlepas dari jawaban-jawaban Darwin, dari sudut
pandang biologi, masih ada tiga masalah yang tak bisa dijelaskan oleh Darwin
yaitu :
1. Sumber Variasi dalam Populasi
Dari mana asalnya variasi-variasi yang terdapat dalam
suatu populasi, tak dapat dijelaskan oleh Darwin, karena pada zaman itu prinsip
genetika dan pewarisan sifat belum ditemukan. Seleksi alam, meupun seleksi
buatan hanya dapat bekerja pada populasi yang memiliki variasi genetik. Bila
individu-individu dalam suatu populasi adalah seragam, misalnya populasi
monozigotik, maka seleksi tak ada pengaruhnya. Hal ini telah dibuktikan oleh
Wilhelm Johansen (ahli biologi Denmark) dengan peneliitiannya pada kacang buncis.
Dia menemukan bahwa seleksi tidak efektif bila dilakukan pada buncis yang
seragam ukuran bijinya, tetapi baru berhasil pada populasi campuran dari
berbagai ukuran.
2. Penurunan Sifat dari Induk ke Anak
Darwin dan ilmuwan lainnya pada zamannya menganut teori
pewarisan sifat melalui darah. Pikiran yang populer ini menganggap bahwa darah
dari induk atau orang tua bercampur dalam darah anak-anaknya (pan genesis). Bila hal itu benar, maka
reproduksi seksual dangan cepat akan merusak atau menghilangkan variabilitas
genetik dalam beberapa generasi. Sebagai contoh, suatu populasi terdiri dari
individu-individu dengan ukuran badan ada yang tinggi, sedang, dan pendek.
Populasi ini dianggap pan genesis
untuk tinggi badan dan bila tidak ada sifat memiliki dalam perkawinan dalam
anggota populasi, maka sifat tinggi badan makin berkurang dari generasi ke
generasi sampai tinggi sama. Selanjutnya dapat menjadi suatu ras murni atau
galur murni. Pada ras murni tekanan seleksi tak akan berpengaruh sama sekali
karena tidak ada variasi.
Keberatan seperti itu telah dikemukakan olah Fleming,
seorang insinyur kepada Darwin pada tahun 1867. Permasalahan tentang kekuatan
atas teori Darwin tak selesai sampai dengan penemuan Gregory Mendel di era new
Darwinisme. Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat tidaklah melalui darah yang
bercampur, tetapi oleh unit-unit pewarisan sendiri yang memisah secara
independent yang kemudian dinamakan gen. Darwin tak mempelajari penemuan
Mendel, meskipun telah dikemukakan pada tahun 1865.
3. Peranan Peluang dalam Evolusi
Keberatan lain terhadap teori evolusi Darwin tentang
evolusi adalah peranan peluang atau kesempatan. Sebagai contoh adalah suatu
organ yang kompleks pada suatu organisme, misalnya mata manusia. Mata tersusun
dari berbagai bagian yang terkoordinasi dalam menghasilkan pengelihatan atau
visi. Rusaknya atau tidak adanya salah satu bagian mata akan menyebabkan kebutaan
atau gangguan pengelihatan. Bagaimana cara seleksi alam merangsang atau
mengatur pembentukan struktur mata, di mana
mata tak akan berguna sebelum semua bagiannya telah terbentuk dan
terpasang dengan tepat?
Mata manusia atau organ yang kompleks lainnya muncul
lengkap dalam bentuk rumit, lalu telah jadi sempurna oleh peluang. Nenek moyang
hominid telah mempunyai mata, setidaknya sejak masih berbentuk “ikan” pada 500
juta tahun yang lalu. Mata demikian walaupun belum selengkap mata manusia
sekarang, pasti telah berfungsi bagi pemiliknya. Seleksi alam mempunyai peluang
yang banyak sekali untuk modifikasi da secara bertahap memperbaiki struktur dan
fungsi mata itu.
No comments:
Post a Comment