PERGILIRAN
GENERASI PADA TUMBUHAN DIAWALI DARI PEMBELAHAN MEIOSIS TERTUNDA
Bagaimana
pergiliran generasi berevolusi pada nenek moyang tumbuhan ? pergiliran generasi
tidak terjadi pada karofita modern. Akan tetapi kita dapat menemukan petunjuk
pada beberapa alga tersebut diantaranya pada anggota genus Coleochaete. Thallus (badan) Coleochaete
adalah haploid. Cara reproduksi seksualnya sangat tidak umum dibandingkan
dengan cara reproduksi seksual pada alga lainnya. Sebagian besar alga
melepaskan gametnya ke dalam air di sekelilingnya, dimana fertilisasi
berlangsung. Perbedaannya, induk thallus Coleochaete
mempertahankan sel telurnya, dan setelah fertilisasi terjadi, zigot masih tetap
menempel pada induknya, sel-sel non reproduksi pada thallus tersebut di sekitar
masing-masing zigot, yang kemudian membesar, kemungkinan karena diberi makan
oleh sel-sel sekitarnya, zigotnya yang tumbuh tersebut kemudian membelah secara
meiosis, melepaskan spora haploid yang berkembang menjadi individu baru.
Tahapan diploid
satu-satunya dalam siklus hidup Coleochaete
adalah zigot pergiliran generasi diploid multiseluler dan generasi haploid multiseluler tidak terjadi. Tetapi
bayangkanlah nenek moyang tumbuhan yang pembelahannya meisosisnya tertunda
untuk meningkatkan jumlah sel-sel diploid yang masih menempel pada induk
haploidnya. Siklus hidup seperti ini sesuai dengan definisi pergiliran
generasi. Pada kasus ini, sporofuita yang belum sempurna (kumpulan sel-sel
diploid). Jika sel-sel khusus gametofit membentuk lapisan pelindung disekitar
sporofit yang sangat kecil tersebut, maka nenek moyang hipotesis seperti itu
dapat dikualifikasikan sebagai embriofita primitif.
Apakah
keuntungan menunda pembelahan meiosis dan membentuk kumpulan sel-sel diploid,
jika zigot mengalami pembelahan meiosis secara langsung, maka setiap
fertilisasi hanya menghasilkan beberapa spora haploid. Akan tetapi pembelahan
mitosis pada zigot untuk membentuk suati sporofita akam memperbanyak produk
seksual, dengan pembelahan meiosis yang menyebabkan banyak sel diploid
menghasilkan banyak spora haploid. Ini merpukan adaptasi yang penting untuk
memaksimumkan hasil reproduksi seksual pada lingkungan dimana kondisinya
berkekurangan air menurun kan peluang dari sperma yang berenang untuk mebuahi
telur.
SYUKRAN PA
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete