THOMAS ROBERT MALTHUS (1766-1834)
1.
Profil
Malthus dilahirkan dalam
sebuah keluarga yang kaya. Ayahnya, Daniel, adalah sahabat pribadi filsuf dan
skeptik David Hume dan kenalan dari Jean-Jacques Rousseau. Malthus muda dididik
di rumah hingga ia diterima di Jesus College, Cambridge pada 1784. Di sana ia
belajar banyak pokok pelajaran dan memperoleh penghargaan dalam deklamasi
Inggris, bahasa Latin dan Yunani. Mata pelajaran utamanya adalah matematika. Ia
memperoleh gelar magister pada 1791 dan terpilih menjadi fellow dari Jesus
College dua tahun kemudian.
Robert
Malthus adalah seorang pakar demografi Inggris dan ekonom politk yang paling
terkenal karena pandangannya yang pesimistik namun sangat berpengaruh tentang
pertambahan penduduk.
2. Teori
Populasi
Pendapat
Thomas Robert
Malthus itu terbitkan sebuah buku walau tipis namun sangat berpengaruh.
Judulnya “An Essay on the Principle of
Population as it Affects the Future Improvement of Society”. Pokok tesis
Malthus ini adalah pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui
pertumbuhan persediaan makanan. Dalam dia punya esai yang orisinal, Malthus
menyuguhkan idenya dalam bentuk yang cukup kaku. Ia menyatakan bahwa penduduk
cenderung tumbuh secara "deret ukur" (misalnya, dalam lambang 1, 2,
4, 8, 16 dan seterusnya) sedangkan persediaan makanan cenderung bertumbuh
secara "deret hitung" (misalnya, dalam deret 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan
seterusnya).
Dalam terbitan-terbitan belakangan,
Malthus menekankan lagi tesisnya, dengan menyatakan bahwa penduduk cenderung bertumbuh secara tak
terbatas hingga mencapai batas persediaan makanan. Dari kedua bentuk uraian
tesis itu, Malthus berkesimpulan bahwa kuantitas manusia akan terperosok ke
dalam rawa-rawa kemiskinan dan berada ditubir kelaparan. Dalam jangka panjang,
tak ada kemajuan teknologi yang dapat mengalihkan keadaan itu, karena kenaikan
suplai makanan terbatas, sedangkan "pertumbuhan
penduduk tak terbatas, dan bumi tak mampu mencukupi makanan untuk menjaga
eksistensi manusia."
Perang, wabah penyakit, atau
malapetaka lainnya sering mampu mengurangi penduduk. Tetapi, penderitaan macam
ini hanya menyuguhkan keredaan sementara sedangkan ancaman ledakan penduduk
masih tetap membahayakan. Malthus berusul, cara lebih baik untuk mencegah
kebanyakan penduduk adalah "pengendalian moral." Tampaknya, yang dimaksud
dengan istilah itu adalah suatu gabungan dari penundaan usia pernikahan,
menjauhi hubungan seks sebelum nikah, dan menahan frekuensi hubungan suami
istri secara sukarela. Tetapi, Malthus cukup realistis dan sadar bahwa umumnya
orang tidak ambil peduli dengan pengendalian-pengendalian seperti itu. Dia
selanjutnya berkesimpulan bahwa cara yang lebih praktis adalah tetap berpegang
pada apa adanya: kebanyakan penduduk sesuatu yang tak bisa dihindari lagi dan
kemiskinan merupakan nasib yang daripadanya orang tidak mungkin bisa lolos.
Kendati Malthus tak pernah
menganjurkan adanya pengendalian penduduk lewat alat kontrasepsi, usul macam
itu merupakan konsekuensi yang lumrah dari ide pokoknya. Orang pertama yang
secara terbuka menganjurkan penggunaan alat kontrasepsi secara luas untuk
mencegah kebanyakan penduduk adalah seorang pembaharu Inggris yang berpengaruh,
Francis Place (1771-1854). Place yang membaca esai Malthus dan amat terpengaruh
olehnya, menulis buku tahun 1822, yang isinya menganjurkan kontrasepsi. Dia
juga membagi-bagi penjelasan tentang pembatasan kelahiran di antara para kelas
pekerja. Di Amerika Serikat, Dr. Charles Knowlton menerbitkan buku tentang
kontrasepsi tahun 1832. "Lembaga Malthus" pertama dibentuk tahun 1860
dan anjuran keluarga berencana dengan demikian semakin bertambah penganutnya.
Karena Malthus sendiri tidak menyetujui, atas dasar alasan moral, penggunaan
alat kontrasepsi, anjuran pembatasan kenaikan jumlah penduduk dengan
menggunakan alat-alat kontrasepsi biasanya disebut "neo-Malthusian."
Pandangan Malthus juga mempengaruhi bidang ilmu
biologi. Charles Darwin mengatakan bahwa dia sudah baca Essay on the Principle
of Population Malthus, dan ini menyuguhkan mata rantai penting dalam teori
evolusi melalui seleksi alamiah.
No comments:
Post a Comment