TEORI EVOLUSI PRA DARWIN
Sejumlah filsuf
klasik yunani meyakini terjadinya evolusi kehidupan secara bertahap. Akan
tetapi, para filsuf yang paling mempengaruhi kebudayaan barat, Plato (427-347
SM) dan muridnya aristoteles (384-322 SM), tetap memegang pendapat yang
bertentangan dengan konsep evolusi. Plato yakin mengenai adanya dua dunia :
Carolus Linnaeus
(1707-1778), seorang dokter dan ahli botani Swedia, mencari keteraturan di
dalam keanekaragaman kehidupan “untuk kemuliaan dan keagungan Tuhan”. Linnaeus
adalah pendiri taksonomi, yaitu cabang biologi yang membahas penamaan dan
pengelompokan bentuk kehidupan yang sangat beraneka ragam. Beliau mengembangkan
sistem dua bagian atau binomial untuk menamai organisme menurut genus dan
spesies yang masih tetap digunakan hingga saat ini. Selain itu, Linnaeus
memakai suatu sistem untuk pengelompokan spesies yang saling mirip ke dalam
suatu jenjang kategori yng semakin umum. Sebagai contoh, spesies yang mirip
dikelompokkan ke dalam genus yang sama, genus yang mirip dikelompokkan dalam
famili yang sama, dan demikian selanjutnya. Bagi Linnaeus, pengelompokan
spesies yang mirip dalam satu kelompok tidak mengimplikasikan adanya pertalian keluarga
menurut garis evolusi, tetapi seabad kemudian sistem taksonominya ternyata
menjadi titik fokus pendapat Darwin mengenai Evolusi.
Kajian mengenai fosil
juga menjadi dasar kerja bagi ide Darwin. Fosil adalah replika atau peninggalan
bersejarah organisme dari masa lalu, yang mengalami mineralisasi di dalam
batuan. Sebagian besar fosil ditemukan dalam batuan sedimen atau batuan endapan
yang terbentuk dari pasir dan lumpur yang mengendap di dasar laut, danau dan
rawa. Lapisan-lapisan endapan baru akan menutupi lapisan endapan yang lebih tua
dan menekannya menjadi lapisan-lapisan batu yang saling berimpitan dan disebut
strata (tunggal: stratum). Kemudian erosi mungkin mengikis strata yang paling
atas (yang lebih muda) dan menyingkap strata yang lebih tua yang telah
terkubur. Fosil di dalam lapisan-lapisan itu menunjukkan bahwa suatu suksesi
(urutan) organisme-organisme telah menghuni bumi sepanjang masa.
Paleontologi, yakni
ilmu mengenai fosil, telah banyak dikembangkan oleh ahli anatomi Perancis,
Georges Cuvier (1769-1832). Menyadari bahwa sejarah kehidupan terekan strata
yang mengandung fosil, ia mendokumentasikan suksesi spesies-spesies fosil di
Lembah Paris. Dia mencatat bahwa setiap stratum ditandai dengan suatu kelompok
spesies fosil yang unik, dan semakin dalam (semakin tua) stratum maka semakin
berbeda flora (kehidupan tumbuhan) dan fauna (kehidupan binatang) dari
kehidupan modern. Bahkan Cuvier mengenali bahwa kepunahan merupakan peristiwa
yang umum terjadi dalam sejarah kehidupan. Dari stratum ke stratum, spesies
baru muncul dan spesies lain menghilang. Namun Cuvier merupakan penentang kuat
bagi para penganut evolusi pada masanya. Sebagai gantinya, ia mendukung faham
katastrofisme (catastrophism), dan
berspekulasi bahwa setiap batas di antara strata berhubungan dengan suatu masa
terjadinya bencana alam, seperti banjir atau kekeringan dan kemarau hebat, yang
memusnahkan banyak spesies yang hidup di sana pada masa itu. Ia mengemukakan
bahwa bencana alam periodik ini umumnya hanya terbatas pada suatu wilayah
geografis lokal,dan bahwa daerah yang mengalami kerusakan atau bencana telah
dihuni kembali oleh spesies yang berpindah dari daerah lain.
Bersaing dengan teori
katastrofisme Cuvier adalah suatu ide yang berbeda mengenai bagaimana proses
geologis membentuk lapisan bumi. Pada tahun 1795, ahli geologi Skotlandia James
Hutton (1726-1797) mengemukakan bahwa adalah suatu hal yang mungkin untuk
menjelaskan berbagai bentuk tanah denan mekanisme yang sedang bekerja di dunia.
Sebagai contoh, ia menyarankan bahwa tebih terbentuk dari partikel yang telah
terkena erosi dari daratan dan dibawa oleh sungai ke lautan. Hutton menjelaskan
sifat-sifat dan ciri geologis bumi dengan teori gradualisme (secara bertahap),
yang menganggap bahwa perubahan mendalam dan nyata merupakan produk kumulatif
proses yang berlangsung lambat namun berlangsung terus-menerus.
No comments:
Post a Comment