HARUN
YAHYA: KREASIONIS PENGUMPUL BUKTI ILMIAH TEORI PENCIPTAAN
1.
Profil
Harun Yahya adalah nama pena Adnan Oktar yang lahir di
Ankara pada tahun 1956. Sebagai seorang da'i dan ilmuwan terkemuka asal Turki,
beliau sangat menjunjung tinggi nilai akhlaq dan mengabdikan hidupnya untuk
mendakwahkan ajaran agama kepada masyarakat. ia dibesarkan di kota ini hingga
lulus SMU. Komitmen beliau terhadap Islam tumbuh semakin kuat ketika beliau
duduk di bangku SMU. Pada periode ini, pengetahuan yang mendalam tentang Islam
beliau dapatkan dari membaca berbagai buku-buku agama. Di samping itu, beliau
juga memperoleh pemahaman tentang fakta-fakta penting lain yang kemudian beliau
beritahukan kepada orang-orang di sekitarnya.
Pada
tahun 1979, Adnan Oktar pindah ke Istanbul untuk menuntut ilmu di Universitas
Mimar Sinan. Sejak sebelum Adnan Oktar memulai kuliah di Universitas Mimar
Sinan, Istanbul, institusi pendidikan tersebut telah berada di bawah pengaruh
berbagai organisasi ilegal berhaluan Marxisme, sehingga pemikiran kekirian
tampak jelas mendominasi kampus. Setiap orang, apakah ia staf di sebuah
fakultas ataupun mahasiswa, adalah sosok materialis yang berpola pikir atheis.
Dalam kondisi demikian, Islam tidak diberi kesempatan untuk tumbuh berkembang. Dalam
lingkungan dimana ajaran agama dan akhlaq tidak dipedulikan dan sama sekali
ditolak, Adnan Oktar menyeru orang-orang di sekitar beliau kepada keesaan dan
keberadaan Allah.
Beliau
membaca ratusan buku, termasuk karya-karya pokok tentang Marxisme, komunisme
dan filsafat materialistik, dan mempelajari buku-buku ideologi kiri, termasuk
karya-karya klasik ataupun literatur-literatur lain yang jarang dibaca orang.
Beliau meneliti karya-karya tersebut, menandai bagian-bagian penting dan
membuat catatan-catatan di bagian belakang buku tersebut. Setelah mengumpulkan
informasi yang berlimpah tentang berbagai kebuntuan, kontradiksi dan kebohongan
yang terdapat dalam filsafat dan ideologi yang didasarkan atas pengingkaran
terhadap Allah ini; tanpa membuang-buang waktu lagi, Adnan Oktar menggunakan
informasi tersebut untuk menyebarkan fakta-fakta yang ada.
Namun
dalam perjalanan dakwahnya, Adnan Oktar banyak menemui rintangan. Selama tiga tahun,
Beliau berjuang seorang diri menyebarkan dakwah, hingga pada akhirnya muncul
dukungan dari beberapa mahasiswa baru Universitas Mimar Sinan yang sependapat
dengannya dan semakin lama jumlahnya semakin banyak. Namun, saat karya Adnan
Oktar tentang Yahudi dan Freemasonry akan diterbitkan, ia mendapat ujian berat
hingga dituduh melakukan kejahatan yang tidak disadarinya, sehingga dijebloskan
ke rumah sakit jiwa.
Dua
tahun setelah beliau dibebaskan dari rumah sakit jiwa Bakirköy karena difitnah
oleh kelompok Freemasonry, pada tahun 1988, Adnan Oktar meletakkan landasan
ideologi dari Lembaga Riset Sains (Science Research Foundation, SRF) yang
didirikan pada tahun 1990. Beliau menyelenggarakan diskusi-diskusi tenta ng
nilai-nilai moral dengan rekan-rekan beliau yang memiliki pandangan yang sama.
Pada masa inilah pijakan intelektual dari SRF dibentuk dengan masukan-masukan
dari Adnan Oktar. Akhirnya, pada bulan Januari 1990, Adnan Oktar dan
rekan-rekan mudanya mendirikan SRF untuk melaksanakan aktifitas mereka melalui
sebuah institusi dan agar dapat menjangkau masyarakat luas.
2.
Pemikiran Harun Yahya tentang Evolusi
Harun
Yahya menganggap bahwa teori evolusi bukan hanya salah satu bahasan dalam pelajaran biologi, namun teori
evolusi telah menjadi pondasi sebuah
filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia, yaitu
"materialisme", yang mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain
materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak
hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang
Maha Pencipta, yaitu Allah. Teori evolusi menjadi semacam landasan ilmiah bagi
materialisme, dasar pijakan ideologi komunisme.
Berikut ini adalah poin-poin
argumen Harun Yahya terhadap runtuhnya teori evolusi:
1.
Seleksi alam sebagaimana ditemukan Darwin
adalah kaidah yang berlaku di alam, namun tidak pernah menghasilkan spesies
baru.
Menurut Harun Yahya, mekanisme seleksi alam hanya
mengeliminasi individu-individu suatu spesies yang cacat, lemah atau tidak
mampu beradaptasi dengan habitatnya. Mekanisme ini tidak dapat menghasilkan
spesies baru, informasi genetis baru, atau organ-organ baru. Dengan demikian,
seleksi alam tidak mampu menyebabkan apa pun berevolusi.
Lebih jauh lagi, Harun Yahya berpendapat bahwa evolusionis
juga menggunakan metode menyesatkan lainnya dalam masalah seleksi alam: mereka
berusaha menampilkan mekanisme ini sebagai "perancang yang memiliki
kesadaran". Akan tetapi, seleksi alam tidak memiliki kesadaran. Seleksi
alam tidak memiliki kehendak yang dapat menentukan apa yang baik dan yang buruk
bagi makhluk hidup. Karenanya, seleksi alam tidak dapat menjelaskan
sistem-sistem biologis dan organ-organ yang memiliki "kompleksitas tak
tersederhanakan" (irreducible
complexity). Sistem-sistem dan organ-organ ini tersusun atas kerja sama
sejumlah besar bagian, dan tidak berfungsi jika ada satu saja bagian yang
hilang atau rusak.
2.
Tidak ada mutasi yang memberikan keuntungan
berupa peningkatan kelestarian makhluk hidup. Selain itu, mutasi tak menambah
kandungan informasi dalam materi genetis makhluk hidup.
Mutasi didefinisikan sebagai pemutusan atau
penggantian yang terjadi pada molekul DNA, yang terdapat dalam inti sel makhluk
hidup dan berisi semua informasi genetis. Pemutusan atau penggantian ini
diakibatkan pengaruh-pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi.
Untuk menciptakan mutan, Morgan, Goldschmidt,
Muller, dan ahli-ahli genetika lain telah menempatkan beberapa generasi lalat
buah pada kondisi ekstrem seperti panas, dingin, terang, gelap dan perlakuan
dengan zat kimia dan radiasi. Segala macam jenis mutasi, baik yang hampir tak
berarti maupun yang positif merugikan, telah dihasilkan. Hasilnya, hanya
sebagian kecil mutan buatan ahli-ahli genetika tersebut yang mungkin mampu
bertahan hidup di luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya,
mutan-mutan tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke bentuk asal.
Tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat
dijadikan bukti yang mendukung pernyataan evolusionis:
1) Efek
langsung dari mutasi membahayakan. Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi
hampir selalu merusak makhluk hidup yang mengalaminya. Logika mengatakan bahwa
intervensi secara tak sengaja pada sebuah struktur sempurna dan kompleks tidak
akan mem-perbaiki struktur tersebut, tetapi merusaknya. Dan memang, tidak
per-nah ditemukan satu pun "mutasi yang bermanfaat".
2) Mutasi
tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme. Partikel-partikel
penyusun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak atau terbawa ke
tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup organ atau sifat baru.
Mutasi hanya mengakibatkan ketidaknormalan seperti kaki yang muncul di
punggung, atau telinga yang tumbuh dari perut.
3) Agar dapat diwariskan pada generasi
selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel reproduksi organisme tersebut.
Perubahan acak yang terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat
diwariskan kepada generasi selanjutnya. Sebagai contoh, mata manusia yang
berubah aki-bat efek radiasi atau sebab lain, tidak akan diwariskan kepada
generasi-generasi berikutnya.
3.
Jenis-jenis makhluk hidup tak bisa berubah.
Tidak mungkin terjadi perubahan dari satu bentuk makhluk hidup ke bentuk
lainnya, misalnya dari ikan menjadi amfibi dan reptil, reptil ke burung, atau
mamalia darat ke paus.
Menurut analisis Harun Yahya, evolusionis
menyatakan bahwa suatu ketika, spesies yang hidup di air naik ke darat dan
berubah menjadi spesies darat. Ada sejumlah fakta yang sangat jelas menunjukkan
kemustahilan transisi seperti itu:
1) Keharusan
membawa beban tubuh: makhluk penghuni air membawa beban tubuh mereka tanpa
masalah. Tetapi, bagi sebagian besar binatang darat, 40% energi mereka habis
hanya untuk membawa beban tubuh mereka. Makhluk hidup yang berpindah dari air
ke darat harus mengembangkan sistem otot dan kerangka baru secara bersamaan
agar dapat memenuhi kebutuhan energi ini. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi
melalui mutasi kebetulan.
2) Daya
tahan terhadap panas: suhu daratan dapat berubah dengan cepat dan
naik-turun dalam rentang yang lebar. Makhluk hidup di darat memiliki mekanisme
tubuh yang dapat menahan perubahan-perubahan suhu yang besar itu. Akan tetapi,
suhu lautan berubah secara perlahan dan perubahan tersebut tidak terjadi dalam
rentang yang terlalu lebar. Organisme hidup dengan sistem tubuh sesuai
temperatur laut yang konstan akan membutuhkan suatu sistem perlindungan agar
perubahan suhu di darat tidak akan membahayakan. Sangat tidak masuk akal bahwa
ikan mendapatkan sistem tersebut melalui mutasi acak segera setelah mereka naik
ke darat.
3) Penggunaan
air: air dan kelembaban yang penting untuk metabolisme harus digunakan
sehemat mungkin karena kelangkaan sumber air di darat. Sebagai contoh, kulit
harus dirancang agar dapat mengeluarkan air sejumlah tertentu, sekaligus
mencegah penguapan berlebihan. Karenanya, makhluk hidup di darat memiliki rasa
haus karakteristik yang tidak dimiliki organisme air. Di samping itu, kulit
tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat non-air.
4) Ginjal:
organisme air dapat dengan mudah membuang zat-zat sisa dalam tubuh mereka
(terutama amonia) dengan penyaringan, karena banyaknya air dalam habitat
mereka. Di darat, air harus digunakan sehemat mungkin. Itulah sebabnya hewan
darat memiliki sistem ginjal. Berkat ginjal, amonia disimpan dengan cara
mengubahnya menjadi urea dan hanya membutuhkan sejumlah kecil air untuk
membuangnya. Di samping itu, beberapa sistem baru dibutuhkan untuk membuat
ginjal berfungsi. Singkatnya, agar perpindahan dari air ke darat dapat terjadi,
makhluk hidup tanpa ginjal harus membentuk sistem ginjal secara tiba-tiba.
5) Sistem
pernapasan: ikan "bernapas" dengan mengambil oksigen yang
terlarut dalam air yang mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu
hidup lebih dari beberapa menit di luar air. Agar mampu hidup di darat, mereka
harus mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba.
Tentu saja mustahil bahwa semua perubahan
fisiologis yang dramatis ini dapat terjadi pada organisme yang sama, pada saat
bersamaan, dan secara kebetulan.
Selain itu, penemuan hidup-hidup spesies
Coelacanth, “spesies transisi” dari
hewan laut (ikan) menjadi amfibi yang menurut evolusionis telah punah 70 juta
tahun lalu juga menjadi tanda tanya besar. Bukti Coelacanth hidup
memperlihatkan sejauh mana evolusionis dapat mengarang skenario khayalan
mereka. Bertentangan dengan klaim mereka, Coelacanth ternyata tidak memiliki
paru-paru primitif dan tidak pula otak yang besar. Organ yang dianggap oleh peneliti
evolusionis sebagai paru-paru primitif ternyata hanya kantong lemak. Terlebih
lagi, Coelacanth yang dikatakan sebagai "calon reptil yang sedang bersiap
meninggalkan laut menuju daratan", pada kenyataannya adalah ikan yang
hidup di dasar samudra dan tidak pernah mendekati kurang dari 180 meter di
bawah permukaan laut.
4.
Catatan fosil tidak menunjukkan adanya bentuk
transisional, serta menunjukkan penciptaan tiap kelompok makhluk hidup secara
terpisah.
Menurut teori evolusi, kehidupan berawal dan
berevolusi di laut, kemudian amfibi memindahkannya ke darat. Skenario evolusi
ini juga menyatakan bahwa amfibi kemudian berevolusi menjadi reptil, makhluk
yang hanya hidup di darat. Sekali lagi skenario ini tidak masuk akal, karena
terdapat perbedaan-perbedaan struktural yang jauh antara dua kelompok besar
hewan ini. Misalnya, telur amfibi didesain untuk berkembang di dalam air
sedangkan telur amniotik reptil didesain untuk berkembang di darat. Evolusi
"bertahap" amfibi adalah mustahil, sebab tanpa telur yang didesain
dengan baik dan sempurna, tidak mungkin sebuah spesies dapat bertahan hidup.
Selain itu, seperti biasa, tidak ada bukti bentuk transisi yang mestinya
menghubungkan amfibi dengan reptil.
Sebagai jawaban akan adanya makhluk transisi,
evolusionis mengajukan satu makhluk yaitu fosil burung yang disebut
Archæopteryx. Burung ini dikenal luas sebagai salah satu 'bentuk transisi' dari
hanya beberapa yang masih mereka pertahankan. Archæopteryx, nenek moyang burung
modern menurut kaum evolusionis, hidup 150 juta tahun lalu. Teori tersebut
menyatakan bahwa sejenis dinosaurus berukuran kecil yang disebut Velociraptor
atau Dromeosaurus berevolusi dengan mendapatkan sayap dan kemudian mulai
terbang. Archæopteryx diasumsikan sebagai makhluk transisi dari dinosaurus,
nenek moyangnya, dan kemudian terbang untuk pertama kalinya. Ketiadaan sternum
(tulang dada) pada makhluk ini, atau paling tidak perbedaannya dengan sternum
milik unggas yang dapat terbang, dianggap sebagai bukti paling penting bahwa
burung ini tidak dapat terbang secara sempurna.
Namun, fosil Archæopteryx ketujuh yang
ditemukan pada tahun 1992 menimbulkan kegemparan luar biasa di kalangan
evolusionis. Fosil temuan terakhir itu digambarkan oleh majalah Nature sebagai
berikut:
“Fosil Archæopteryx ketujuh yang baru-baru ini ditemukan
masih memiliki sebagian sternum berbentuk persegi panjang. Sternum ini sudah
lama diperkirakan ada, tetapi tidak pernah terdokumentasikan sebelumnya. Temuan
tersebut membuktikan bahwa makhluk ini
memiliki otot-otot kuat untuk terbang.”
5. Tiap
jenis makhluk hidup tidak berkerabat satu sama lain dan diturunkan dari leluhur
yang sama. Masing-masing merupakan hasil dari suatu tindakan penciptaan
tersendiri.
Ketika
lapisan bumi dan catatan fosil dipelajari, terlihat bahwa semua makhluk hidup
muncul bersamaan. Lapisan bumi tertua tempat fosil-fosil makhluk hidup
ditemukan adalah Kambrium, yang diperkirakan berusia 500-550 juta tahun.
Catatan
fosil memperlihatkan, makhluk hidup yang ditemukan pada lapisan bumi periode
Kambrium muncul dengan tiba-tiba - tidak ada nenek moyang yang hidup
sebelumnya. Fosil-fosil di dalam batu-batuan Kambrium berasal dari siput,
trilobita, bunga karang, cacing tanah, ubur-ubur, landak laut dan invertebrata
kompleks lainnya. Beragam makhluk hidup yang kompleks muncul begitu tiba-tiba,
sehingga literatur geologi menyebut kejadian ajaib ini sebagai "Ledakan
Kambrium" (Cambrian Explosion).
Sebagian
besar bentuk kehidupan yang ditemukan dalam lapisan ini memiliki sistem
kompleks seperti mata, insang, sistem peredaran darah, dan struktur fisiologis
maju yang tidak berbeda dengan kerabat modern mereka. Binatang-binatang yang
kompleks ini muncul secara tiba-tiba dan sempurna tanpa memiliki kaitan atau
bentuk transisi apa pun dengan organisme bersel satu yang merupakan
satu-satunya bentuk kehidupan di bumi sebelum mereka.
Bagaimana bumi ini dipenuhi berbagai jenis
binatang secara tiba-tiba dan bagaimana spesies-spesies yang berbeda-beda ini
muncul tanpa nenek moyang yang sama adalah pertanyaan yang masih belum terjawab
oleh evolusionis. Richard Dawkins, ahli zoologi Oxford, salah satu pembela
evolusionis terkemuka di dunia, terpaksa mengakui, "Ledakan
Kambrium" adalah bukti kuat adanya penciptaan, karena penciptaan adalah
satu-satunya penjelasan mengenai kemunculan bentuk-bentuk kehidupan yang
sempurna secara tiba-tiba di bumi ini.
6.
Abiogenesis (kemunculan makhluk hidup dari
materi tak-hidup) tak mungkin terjadi.
Pertanyaan tentang bagaimana organisme hidup
dapat muncul dari materi anorganik sudah lama dihindari para evolusionis. Akan
tetapi, pertanyaan ini berkembang menjadi masalah yang tidak bisa dielakkan.
Dan mereka berusaha menjawab masalah ini dengan serangkaian penelitian pada
perempat kedua abad ke-20.
Pertanyaan utamanya adalah: bagaimana sel
hidup pertama dapat muncul di atmosfer bumi purba? Dengan kata lain, penjelasan
seperti apa yang akan dikemukakan evolusionis untuk menjawab pertanyaan ini?
Jawabannya dicari melalui berbagai
eksperimen. Ilmuwan dan peneliti evolusionis melakukan berbagai eksperimen
laboratorium untuk menjawab pertanyaan ini tetapi tidak menghasilkan apa pun
yang menarik. Studi tentang awal kehidupan yang paling dihargai adalah
Eksperimen Miller yang dilakukan oleh peneliti Amerika bernama Stanley Miller
pada tahun 1953. (Eksperimen ini dikenal juga sebagai "Eksperimen
Urey-Miller" karena kontribusi Harold Urey, instruktur Miller dari Universitas
Chicago.)
Eksperimen Miller berusaha membuktikan bahwa
asam amino dapat terbentuk dengan sendirinya dalam kondisi bumi purba. Namun,
eksperimen ini tidak konsisten dalam sejumlah hal:
1) Dengan
menggunakan mekanisme cold trap, Miller mengisolasi asam-asam amino dari
lingkungannya segera setelah mereka terbentuk. Jika dia tidak melakukannya,
kondisi lingkungan tempat asam amino terbentuk akan segera menghancurkan
molekul ini.
Tentu
saja mekanisme isolasi yang disengaja seperti ini tidak ada dalam kondisi bumi
purba. Tanpa mekanisme seperti ini, kalaupun ada satu asam amino terbentuk, ia
akan segera hancur. Seorang ahli kimia, Richard Bliss, mengungkapkan
kontradiksi ini sebagai berikut: "Benar, tanpa cold trap, senyawa kimia
yang dihasilkan akan dihancurkan oleh aliran listrik." Dibuktikan, bahwa
dalam percobaan sebelumnya dengan bahan-bahan yang sama tetapi tanpa mekanisme
cold trap, Miller tidak dapat membentuk satu pun asam amino.
2) Lingkungan atmosfer purba yang
disimulasikan Miller dalam eksperimennya tidak realistis. Pada tahun 1980-an,
para ilmuwan sepakat bahwa yang seharusnya terdapat pada lingkungan artifisial
tersebut adalah nitrogen dan karbon dioksida, bukannya metan dan amonia.
Setelah bungkam cukup lama, Miller sendiri mengakui pula bahwa kondisi atmosfer
dalam eksperimennya tidak realistis.
Jadi
mengapa Miller berkeras menggunakan gas-gas ini? Jawabannya sederhana: tanpa
amonia, mustahil mensintesis asam amino. Kevin McKean mengungkapkan hal ini
dalam sebuah artikel yang dimuat dalam majalah Discover:
“Miller
dan Urey meniru atmosfer bumi dahulu kala dengan campuran metan dan amonia.
Menurut mereka, bumi merupakan campuran homogen dari logam, batuan dan es.
Namun, dalam penelitian terakhir terungkap bahwa pada saat itu bumi sangat
panas dan terbentuk dari nikel dan besi cair. Jadi, atmosfer kimiawi saat itu
seharusnya didominasi nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2)
dan uap air (H20). Tetapi gas-gas ini bukan gas-gas yang tepat untuk
mensintesis senyawa organik, seperti metan dan amonia.”
3) Hal
penting lain yang mengugurkan eksperimen Miller adalah bahwa atmosfer bumi
mengandung cukup banyak oksigen untuk menghancurkan semua asam amino yang
terbentuk. Fakta yang diabaikan Miller ini terungkap dari sisa-sisa besi dan
uranium yang teroksidasi dalam batuan yang diperkirakan berumur 3,5 miliar
tahun.
Temuan-temuan
lain menunjukkan bahwa kandungan oksigen pada saat itu jauh lebih besar
daripada yang dinyatakan evolusionis. Penelitian-penelitian juga menunjukkan
bahwa pada saat itu bumi teradiasi ultra-violet 10.000 kali lebih besar
daripada perkiraan evolusionis. Radiasi ultra-violet yang intens ini
membebaskan oksigen dengan cara menguraikan uap air dan karbon dioksida dalam atmosfer.
Situasi
ini secara telak membantah eksperimen Miller yang sama sekali mengabaikan
oksigen. Jika oksigen digunakan dalam eksperimen tersebut, metan akan terurai
menjadi karbon dioksida dan air, dan amonia menjadi nitrogen dan air. Selain
itu, dalam lingkungan tanpa oksigen, juga tidak akan ada lapisan ozon. Tanpa
perlindungan lapisan ozon, asam-asam amino akan segera hancur oleh sinar ultraviolet
yang sangat intens. Dapat dikatakan, dengan atau tanpa oksigen di bumi purba,
hasilnya sama, lingkungan yang sangat destruktif bagi asam amino.
4) Pada
akhir eksperimen Miller, terbentuk banyak asam organik yang bersifat merusak
struktur dan fungsi makhluk hidup. Jika asam amino tidak diisolasi dan tetap
berada di dalam lingkungan yang sama dengan senyawa-senyawa ini, reaksi kimia
yang terjadi akan menghancurkan atau mengubah asam amino menjadi senyawa lain.
Selain
itu, di akhir eksperimen ini terbentuk sejumlah besar asam amino Dextro.
Keberadaan asam amino ini dengan sendirinya menyangkal teori evolusi, karena
asam amino Dextro tidak berfungsi dalam pembentukan sel makhluk hidup.
Kesimpulannya, kondisi-kondisi di mana asam amino terbentuk dalam eksperimen
Miller, tidak cocok bagi kehidupan. Kenyataannya, medium ini merupakan campuran
asam yang meng-hancurkan dan mengoksidasi molekul-molekul berguna yang
diperoleh.
Semua fakta ini menunjukkan satu hal yang
jelas: eksperimen Miller tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa makhluk
hidup terbentuk secara kebetulan dalam kondisi bumi purba. Nyatanya,
evolusionis sendiri menyangkal teori evolusi, karena yang dibuktikan oleh
eksperimen ini adalah: asam amino hanya dapat dihasilkan dalam lingkungan laboratorium
terkendali di mana semua kondisi dirancang khusus oleh intervensi yang
disengaja. Berarti, kekuatan yang dapat menghasilkan kehidupan sudah pasti
bukan peristiwa kebetulan, tetapi penciptaan yang disengaja.
7.
Kerumitan dan kesempurnaan yang ditemukan
pada tubuh dan DNA makhluk hidup tak timbul karena kebetulan, namun merupakan
bukti bahwa ada yang merancang kerumitan tersebut.
Sementara teori evolusi tidak dapat
memberikan penjelasan logis atas keberadaan molekul-molekul dasar struktur sel,
perkembangan di bidang genetika dan penemuan asam nukleat (DNA dan RNA) telah
menghasilkan masalah baru bagi teori evolusi. Molekul yang disebut DNA, yang
ditemukan dalam nukleus pada setiap sel dari 100 trilyun sel di dalam tubuh
kita, mengandung rancang bangun lengkap untuk tubuh manusia. Informasi mengenai
seluruh ciri-ciri seseorang, dari penampilan fisik hingga struktur organ dalam,
tercatat dalam DNA dengan sistem pengkodean khusus.
Sebuah dilema menarik muncul pada tahap ini:
sementara DNA hanya dapat bereplikasi dengan bantuan beberapa enzim yang
merupakan protein pula, sintesis enzim ini hanya dapat berlangsung dengan
informasi yang dikode dalam DNA. Karena saling membutuhkan, keduanya harus ada
secara bersamaan untuk replikasi, atau salah satunya "tercipta"
sebelum yang lain.
Sampai saat ini, tidak ada eksperimen yang
dapat menghasilkan seluruh molekul yang dibutuhkan untuk evolusi kimiawi.
Karenanya, berbagai molekul ini harus dihasilkan di tem-pat-tempat berbeda pada
kondisi sangat sesuai, kemudian di-bawa ke tempat lain untuk bereaksi dengan
melindunginya dari elemen-elemen berbahaya seperti hidrolisis dan fotolisis.
Pendeknya, teori evolusi tidak dapat
membuktikan satu tahap evolusi pun yang diduga terjadi pada tingkat molekuler.
Kemajuan ilmu pengetahuan tidak menyediakan jawaban untuk pertanyaan semacam
ini, tetapi justru membuatnya menjadi lebih kompleks dan sulit dijawab.
8.
Materi dan persepsi kita adalah ilusi; yang
nyata adalah Allah, yang meliputi segalanya.
Harun Yahya mengemukakan bahwa kebijaksanaan,
rancangan dan perencanaan agung yang berlaku pada seluruh alam ini, contohnya
insting lebah madu dan keajaiban arsitektural sarang madu; bentuk kompleks
rajutan sarang laba-laba, keajaiban fotosintesis, dll merupakan bukti kuat
keberadaan Sang Pencipta yang menguasai seluruh alam, yakni Allah. Allah telah
menyempurnakan semua makhluk dengan keistimewaan luar biasa dan menunjukkannya
kepada manusia sebagai bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya.
Analisa
Pemikiran Kreasionis Harun Yahya
Tak diragukan lagi, bahwa Harun Yahya merupakan seorang
agamis, penganut teori penciptaan (kreasionis) yang berdakwah melalui jalan
pembuktian ilmiah akan keberadaan Tuhan. Oleh karena itu, ia menentang semua
jenis paham maupun teori yang meniadakan Tuhan dalam proses penciptaan, dan
salah satunya adalah teori evolusi. Harun Yahya mengumpulkan bukti-bukti hasil
penelitian ilmiah yang mampu mematahkan spekulasi maupun asumsi para
evolusionis yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari evolusi makhluk
hidup sebelumnya berdasarkan mekanisme seleksi alam. Harun Yahya juga
mengumpulkan bukti untuk mematahkan teori abiogenesis dan hasil eksperimennya
yang menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari benda/unsur tak hidup dan
terbentuk secara kebetulan. Ia menilai bahwa semua itu terlalu mengada-ada,
apabila melihat pada "kompleksitas tak tersederhanakan" (irreducible complexity) pada makhluk
hidup, yang merupakan mahakarya Tuhan, Allah SWT.
terima kasih, Sangat membantu. teruslah berkarya
ReplyDeleteOK...
ReplyDelete