Powered By Blogger

Tuesday, 7 May 2013

ISOLASI POSTZIGOT


ISOLASI POSTZIGOT

Terjadi jika isolasi prazigot gagal, diantaranya:

a. Hibrid. Pada umumnya, embrio yang terbentuk dari dua spesies yang berbeda akan gugur. Hal itu disebabkab karena gen – gen dari kedua induk yang berbeda, tidak dapat bekerja sama mendorong mekanisme membentuk embrio normal. Contohnya semua hybrid dari telur katak banteng yang dibuahi oleh katak leopard akan mati pada stadium embrio.

b. Hybrid mandul. Terjadi jika induk memiliki jumlah kromosom yang berbeda sehingga sinapsis atau pemasangan kromosom homolog dalam meiosis tidak terjadi. Contohnya hybrid dari kuda dan keledai menghasilkan mule, yaitu gabungan kuda dan keledai mandul.

c. Hybrid pecah , hybrid berkembang menjadi subur dan dapat menghasilkan generasi F2 dari persilangan antara 2 hibrid atau hybrid dengan galur induk. Filal 2 yang dihasilkan ini disebut hybrid pecah.

Perkawinan beda spesies tidak dapat terjadi karena menurut ilmu genetika setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang berbeda dan memiliki kekhususan system reproduksinya masing-masing. Jika terjadi kasus perkawinan beda spesies maka akan terjadi infertile karena setiap mahluk hidup memiliki system dan organ reproduksi yang berbeda. Infertilitas yang disebabkan oleh factor congenital seringkali banyak dijumpai. Termasuk abnormalitas ini adalah abnormalitas dalm pembentukan ovarium, oviduk, uterus, cervix, vagina dan vulva. Beberapa diantaranya bersifat letal, beberapa bersifat gangguan dalam fungsional dan morfologi. Kondisi morfologi yang sering dijumpai adalah hipoplasia dan aplasia ovarium, anomaly pada organ genitalia tubuler, hermafrodit, freemartin, White heifer disease dan doble servix. Hal ini berakibat beberapa diantara ternak tersebut mengalami program culling. Sekitar 5238 pemotongan ternak yang tidak bunting terjadi di Brazil, 17.27% mengalami problem pada kasus-kasus genital seperti agenesis, atrophy, hypoplasia and tumours. Hipoplasi gonad pada sapi tidak mudah untuk didiagnosa dan pada kasus hipoplasia ovarium bilateral biasanya tidak menunjukkan karakter perkembangan seksual sekunder. Biasanya mereka anestrus dan infertil. Jika kelainan bersifat unilateral maka organ seksual normal bias ditemukan dan aktivitas estrus dapat dijumpai. Biasanya mereka normal tetapi fertilitasnya jauh dibawah hewan yang organnya normal. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena gen resessif yang muncul atau karena kegagalan proses meiosis dalam pertukaran genetik sehingga untuk menghindari kasus-kasus seperti ini perlu digunakan induk-induk yang benar-benar bagua secara genetik sebagai breeding stock. Faktor genetik (keturunan) yaitu suatu sifat kebapakan yang berasal dari bapak atau ibu yang menurun kepada anak. Bila manifestasinya pada alat kelamin, mempunyai peranan dalam menimbulkan kemajiran pada ternak. Factor ini bila muncul pada alat kelamin, akan tampak dalam bentuk kelainan anatomi. Kelainan anatomi yang bersifat menurun ini umumnya disebabkan oleh kelainan pada kromosom kelamin (sex Chromosome) atau adanya kelainan satu gen yang resesif pada autosomnya. Ada yang mempengaruhi satu jenis kelamin saja, tetapi dapat pula maempengaruhi kedua jenis kelamin. Tergantung kepada berat tidaknya kelainan anatomi yang bersifat menurun pada alat kelamin tersebut, gangguan anatomi dapat mudah dikenali sejak awal periode reproduksi, dapat pula baru dijumpai setelah umur tua atau setelah menghasilkan banyak keturunan. Ada beberapa factor yang dapat memperberat terjadinya kelainan genetiuk pada alat kelamin, seperti bangsa ternak, lokasi geografis dari peternakan, musim, jenis kelamin, umur induk, dan beberapa macam zat bersifat racun yang masuk dalam tubuh melalui pakan. Factor genetic yang menimbulkan kemajiran mencapai 0,2-3% dari seluruh kasus kemajiran yang dilaporkan. Kelainan genetic ini selain mempengaruhi bentuk alat kelmain juga fungsi alat kelamin menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Seperti disebutkan diatas, beberapa factor non genetic juga dapat pula mempengaruhi timbulnya kelainan anatomi pada alat kelamin. Factor nongenetik terutama dalam bentuk bahan organic, yang dapat mendorong terjadinya kelainan anatomi alat tubuh disebut teratogen. Bahan-bahan seperti racun dalam tanaman, bahan organic atau anorganik dapat bertindak sebagai teratogen. Kelainan anatomi pada alat kelamin yang disebabkan oleh factor genetic dan bersifat menurun, dapat terjadi baik pada hewan jantan maupun betina. Kelainan anatomi dapat terjadi pada ovarium dan saluran alat kelamin betina seperti tuba falopii, uterus, serviks, vagina, dan vulva pada hewan betina. Pada hewan jantan dapat terjadi pada testis, epididimis, vas deferens, kelenjar asesoris dan penis pada hewan jantan. Kelainan alat kelamin jantan yang bersifat menurun disebabkan olleh gen yang resesif pada autosomnya, dapat terjadi pada semua bagian alat kelamin jantan sejak dari testis, saluran-salurannya seperti epididimis, vasdeferens, ampula sampai penias dan kelenjar asesorisnya. Suatu keadaan yang testisnya gagal turun kedalam rongga skrotum melalui saluran inguinal. Sehingga testis tetap berada dalam rongga abdomen. Kegagalan penurunan bisa terjadi hanya satu testis disebut kriptorchid monolateral atau monorchid, dapat pula terjadi pada kedua testis disebut kriptorchid bilateral. Kriptorchid ini dapat terjadi pada semua hewan mamalia, tetapi yang paling sering dijumpai adalah kuda, kambing dan babi. Pada sapi, kelainan ini jarang. Kriptorchid baik yang monolateral maupun yang bilateral merupakan kelainan letak anatomi testis, dan bersifat herediter atau menurun. Penye4babnya adalah menyempitnya saluran inguinal, sehingga testis tidak dapat melewati saluran ini dan gagal memasuki skrotum dari rongga perut pada saat menjelang kelahiran. Pada kuda dan sapi, kelainan anatomi ini merupakan kelainan genetic yang dibawa oleh gen dominant pada yang jantan. Hewan jantan penderita kriptorchid yang bilateral sepenuhnya steril, karena kedua testis yang berada didalam rongga perut tidak mampu mengadakan proses spermatogenesis, sehingga tidak dapat dihasilkan sel spermatozoa. Kriptorchid yang monolateral, proses spermatogenesis masih dapat terjadi pada testis yang berada dalam rongga skrotum, namun air mani yang dihasilkan mempunyai konsentrasi rendah dan kondisinya encer. Pada sapi, kambing dan domba, pejantan yang kriptorchid harus dipotong, setelah dipelihara dalam rangka penggemukan.

No comments:

Post a Comment