Powered By Blogger

Monday, 6 May 2013

KEKEJAMAN FASISME DI AMERIKA LATIN


KEKEJAMAN FASISME DI AMERIKA LATIN

Kaum fasis Dunia Ketiga tidak pernah ragu melakukan kekejian yang mengingatkan pada pembantaian oleh Nazi. Misalnya, diktator Chili Jendral Pinochet, yang naik ke kekuasaan melalui sebuah kudeta militer terhadap Presiden Allende pada tahun 1973, mengubah negerinya menjadi sungai darah. Pinochet membunuh Allende dengan serangan tank dan pesawat jet terhadap Istana Presiden. Namun, rakyat Chili diberitahu bahwa Allende telah melakukan bunuh diri karena menolak untuk menyerah. Setelah itu, Pinochet dengan kejam melenyapkan para pendukung Allende dan kaum oposisi. Junta pimpinannya membunuh ribuan orang pada tahun pertama kekuasaannya, dan sekitar 90.000 dari 9 juta rakyat Chili ditangkap. Teror terhadap penduduk, jasad-jasad yang ditumpuk di rumah mati, atau ditembak dan dibuang ke Sungai Mapocho, penahanan para tersangka di Stadion Santiago, penyanderaan, operasi-operasi pencarian dan penjarahan yang seringkali terjadi, hanyalah sebagian dari kejahatan rezim Pinochet. Lembaga-lembaga pendidikandibersihkan, dan mata kuliah sejarah serta geografi di universitas disensor oleh penguasa fasis.

Kediktatoran fasis yang serupa dengan rezim Pinochet juga berhasil meraih kekuasaan di negara-negara Amerika L atin seperti Argentina, Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Honduras dan Paraguay, dan juga membawa kekejaman yang mengerikan. Ribuan penentang junta di Argentina menghilang. Berdasarkan bukti - bukti yang ada, lebih dari 2.000 tahanan politik dibawa dengan pesawat-pesawat terbang kemudian dilempar ke lautan dari jarak ribuan kaki di udara. Mantan pasukan pengawal presiden, Federico Talavera, yang muncul di televisi Argentina tanggal 27 April 1995, mengakui penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan pada masa itu, menyebutkan di antaranya bahwa wanita-wanita hamil dilemparkan ke laut dan anjing-anjing yang dilatih secara khusus untuk menggigit alat kelamin manusia. Menurut pengakuannya, anjing-anjing itu akan memasukkan alat kelamin para tahanan politik ke dalam mulutnya dan menunggu perintah. Bila si tahanan politik menolak untuk bicara, maka anjing itu disuruh untuk menggigitnya.

Kebrutalan di Guatemala juga tak kalah menakutkan. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, rezim fasis yang menggulingkan presiden pertama dan satu-satunya yang terpilih, Jacobo Arbenz pada tahun 1954, mengubah negeri itu menjadi ladangladang pembunuhan.

Konferensi Uskup Katolik Romawi menggambarkan kebijakan pemerintah sebagai pembantaian etnis. Dalam buku Killing Hope:US Military and CIA Interventions Since World War II, penulis Amerika William Blum menjelaskan cara-cara penyiksaan yang digunakan oleh rezim Guatemala.
Siapa saja yang berupaya untuk mengorganisir suatu serikat kerja atau upaya lain untuk memperbaiki nasib petani, atau semata dicurigai mendukung gerilya, menj adi sasaran… orang-orang bersenjata tak dikenal menggerebek rumah mereka dan menggiring mereka ke tempat yang tak diketahui… tubuh-tubuh mereka yang habis disiksa, atau dipotong-potong, atau dibakar ditemukan terkubur di kuburan massal, atau mengambang dalam kantong-kantong plastik di danau atau sungai, atau terkapar di pinggir jalan, dengan tangan terikat di punggung… tubuh-tubuh dijatuhkan ke lautan Pasifik dari pesawat terbang. Di daerah Gual, disebutkan bahwa tidak ada yang memancing lagi; terlalu banyak mayat tersangkut di jaring… mayat-mayat tanpa kepal a, atau dikebiri, atau dengan mata ditusuk peniti… sebuah desa yang dikepung, karena dicurigai menyuplai gerilya dengan orang, makanan, atau informasi, semua lelaki dewasa di bawa dari keluarganya, tanpa pernah dilihat lagi… atau semua orang dibantai, desa tersebut di bul doser untuk menutupi jejak… jarang korban sebenarnya merupakan anggota kelompok gerilya. Salah satu metode penyiksaan adalah memasukkan kepala ke dalam kerudung penuh insektisida; ada pula kejutan listrik paling efektif adalah ke bagian kemaluan.

Pada tanggal 9 Desember 1979, saudaraku patrocino yang berusia 16 tahun ditangkap dan disiksa selama beberapa hari dan kemudian dibawa bersama 20 pemuda lainnya ke lapangan di Chajul… Seorang perwira pasukan pembunuh dari (Presiden) Lucas Garcia menyuruh para tahanan berbaris… Aku bersama ibuku, dan kami melihat Patrocino; lidahnya telah dipotong dan juga jari -jari kakinya. Perwira serigala itu berpidato. Setiap kali ia berhenti, tentara memukuli para tahanan Indian. Ketika dia selesai dengan omong kosongnya, tubuh saudaraku dan tahanan-tahanan lain menggembung, penuh darah, tak dapat dikenali. Keadaannya sangat mengerikan, namun mereka masih hidup. Mereka kemudian dilempar ke tanah dan diguyur dengan bensin. Tentara-tentara itu membakar tubuh-tubuh yang kuyup itu dengan obor, sedang kapten itu tertawa seperti seekor hyena dan memaksa para penduduk Chajul untuk menonton.

Ini hanyalah sedikit contoh. Rezim fasis di Guatemala, yang pertama kali dikendalikan oleh Jenderal Romeo Lucas Garcia, dan kemudian oleh Jenderal Efrain Rios Montt, dengan metode serupa, membunuh lebih dari 100,000 orang. William Blum menjelaskan tentang korban-korban yang matanya dicongkel, buah pelirnya di potong dan dijejalkan ke mulut mereka, serta tangan dan kaki mereka di potongoleh satuan keamanan, juga para wanita yang dipotong buah dadanya.

Rezim fasis yang serupa juga memegang kekuasaan di negara-negara Afrika, seperti Zaire, Uganda, dan Afrika Selatan, untuk waktu yang lama. Rezim Afrika Selatan mengadopsi sebuah ideologi rasis yang bengis, yang mengingatkan kepada Jerman Nazi. Mayoritas kulit hitam di Afrika Selatan, penduduk asli negeri itu, dieksploitir oleh minoritas kulit putih selama bertahun-tahun.

Pendeknya, paro kedua abad ke-20 sama penuhnya dengan kekejaman fasis sebagaimana paro pertama. Rezim-rezim fasis, serupa dengan yang telah digulingkan di Eropa, tumbuh di Amerika Latin dan Afrika, sekali lagi membawa dunia menjadi medan pertempuran di mana, yang kuat bertahan dan yang l emah tersingkir.

No comments:

Post a Comment