KOORDINASI TUBUH
Dalam
tubuh manusia, semua sistem bekerja secara serentak dan terkoordinasi serta
sepenuhnya serasi untuk suatu tujuan yang pasti, yakni agar tubuh tetap hidup.
Gerakan terkecil yang kita lakukan setiap hari sekalipun, seperti bernapas dan
tersenyum, merupakan hasil koordinasi yang sempurna dalam tubuh manusia.
Di
dalam tubuh kita terdapat suatu jaringan terkoordinasi yang sangat rumit dan
lengkap, yang bekerja tanpa henti. Tujuannya adalah kesinambungan kehidupan.
Koordinasi ini terutama terlihat dalam sistem gerak tubuh, karena untuk gerakan
terkecil pun, sistem kerangka tubuh, otot, dan sistem saraf harus bekerja sama
dengan sempurna.
Prasyarat
koordinasi tubuh adalah adanya sistem penyampaian informasi yang benar. Hanya
dengan penyampaian informasi yang benarlah, dapat dibuat penilaian yang baru.
Untuk melakukan penilaian ini, suatu jaringan kecerdasan yang sangat canggih
bekerja dalam tubuh manusia.
Untuk
melakukan suatu tindakan yang terkoordinasi, pertama harus diketahui lebih
dahulu organ-organ tubuh yang terlibat serta hubungan di antaranya. Informasi
ini berasal dari mata, mekanisme keseimbangan di telinga dalam, otot, sendi,
dan kulit. Setiap detik, miliaran informasi di-proses dan dievaluasi, lalu
keputusan baru diambil sesuai dengan infor-masi tersebut. Manusia bahkan tidak
menyadari proses yang terjadi sangat cepat di dalam tubuhnya ini. Dia hanya
bergerak, tertawa, menangis, berlari, makan, dan berpikir. Dia tak perlu
bersusah-payah untuk melaku-kan berbagai tindakan ini. Untuk sebuah senyum
ringan pun, ada tujuh belas otot yang harus bekerja sama secara serentak. Kalau
ada satu saja di antara otot-otot tersebut tidak berfungsi atau gagal fungsi,
ekspresi wajah pun berubah. Untuk berjalan, 54 otot pada kaki, tungkai, paha,
dan punggung harus bekerja sama.
Ada
miliaran reseptor mikroskopis dalam otot dan sendi yang memberikan informasi
tentang kondisi tubuh. Pesan dari reseptor sampai ke sistem saraf pusat dan
perintah baru dikirimkan ke otot sesuai dengan penilaian yang dibuat.
Kesempurnaan
koordinasi tubuh ini dapat lebih dipahami melalui contoh berikut. Untuk
mengangkat tangan saja, pundak harus dibeng-kokkan, otot lengan belakang dan
depan - disebut “trisep” dan “bisep” - harus dikerutkan dan diregangkan, dan
otot-otot di antara siku dan pergelangan tangan harus memelintir pergelangan
tangan. Dalam setiap bagian gerakan, jutaan reseptor di dalam otot segera
menyampaikan informasi ke sistem saraf pusat mengenai posisi otot tersebut.
Sebagai tanggapannya, sistem saraf pusat memberi tahu otot-otot tersebut
tentang apa yang perlu dilakukan berikutnya. Tentu saja manusia tidak
menya-dari satu pun proses ini. Manusia hanya berkeinginan mengangkat
ta-ngannya, dan segera melakukannya.
Sebagai
contoh, untuk menjaga agar badan tegap, banyak paket in-formasi yang diperoleh
dari miliaran reseptor di dalam otot lengan, kaki, tulang punggung, perut,
dada, dan leher dievaluasi dan perintah yang sama banyaknya diberikan kepada
otot setiap detik.
Kita
juga tidak perlu bersusah-payah untuk berbicara. Manusia tidak pernah
merencanakan sejauh apa pita-pita suara terpisah, seberapa sering pita-pita ini
harus bergetar, bagaimana urutannya, berapa sering dan ratusan otot yang mana
di dalam mulut, lidah, dan kerongkongan yang harus dikerutkan dan diregangkan.
Manusia juga tidak menghitung berapa liter udara yang harus dihirup ke dalam
paru-paru, seberapa cepat dan dalam frekuensi berapa udara ini harus
diembuskan. Kita tidak akan mampu melakukannya andaipun kita mau. Satu kata
yang diucapkan dari mulut pun merupakan hasil kerja sama beberapa sistem, mulai
dari sistem pernapasan hingga sistem saraf, dari otot hingga tulang.
Apa
yang terjadi jika koordinasi ini terganggu? Ekspresi lain mung-kin akan muncul
pada wajah kita ketika kita ingin tersenyum, atau kita mungkin tidak mampu
berbicara atau berjalan sesuai keinginan kita. Namun, kenyataannya kita bisa
tersenyum, berbicara, berjalan semau kita tanpa ada gangguan, karena segala
sesuatu yang disebutkan di sini tercapai sebagai hasil Penciptaan, yang secara
logika mengharuskan adanya “kekuatan dan tenaga yang tak terhingga”.
Oleh
karena itulah, manusia seharusnya selalu ingat bahwa eksis-tensi dan hidupnya
ini ada berkat Penciptanya, Allah. Tidak ada alasan bagi manusia untuk bersikap
angkuh atau sombong. Kesehatan, kecan-tikan, atau kekuatannya bukanlah hasil
kerjanya sendiri, dan ini semua tidak diberikan selamanya. Ia tentu saja akan
menjadi tua, kehilangan kesehatan dan kecantikannya. Di dalam Alquran, hal ini
dinyatakan sebagai berikut:
“Dan
apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi
dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih
kekal. Maka, apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al Qashash, 28: 60) !
Jika
ingin mendapatkan kedudukan seperti tersebut dalam ayat di atas, kekal di alam
akhirat, manusia harus bersyukur kepada Allah atas semua kenikmatan yang telah
dilimpahkan kepadanya dan menempuh kehidupan sesuai dengan perintah-Nya.
Sebagaimana
terlihat dalam contoh-contoh tadi, semua organ dan sistem dalam tubuh manusia
mengandung sifat-sifat yang menakjubkan. Manakala sifat-sifat ini diteliti,
manusia akan melihat keseimbangan-keseimbangan rumit yang mendasari keberadaan
dirinya, keajaiban dalam penciptaan dirinya, dan akan memahami kembali
keagungan seni Allah, sebagaimana dicontohkan dalam diri manusia.
No comments:
Post a Comment