NEO-DARWINISME DAN MUTASI
Agar
mendapatkan penyelesaian, para Darwinis mengembangkan “Teori Sintetis Modern”, atau yang umum dikenal,
Neo-Darwinisme, pada akhir 1930-an. Neo-Darwinisme menambahkan mutasi, yang
merupakan gangguan yang terbentuk dalam gen
makhluk hidup karena faktor-faktor eksternal seperti radiasi atau kesalahan replikasi, sebagai penyebab dari variasi
yang menguntungkan”
sebagai tambahan bagi
mutasi alamiah.
Saat
ini, model yang mempertahankan evolusi di dunia adalah Neo-Darwinisme. Teori ini tetap mengajukan bahwa jutaan
makhluk hidup yang ada di atas bumi terbentuk
sebagai hasil dari proses di mana banyak organ kompleks dari organisme ini seperti telinga, mata, paru-paru,
dan sayap, telah mengalami “mutasi”,
yakni, gangguan genetis. Akan tetapi, ada
sebuah fakta ilmiah yang seketika meruntuhkan teori
ini sepenuhnya: Mutasi tidak menyebabkan makhluk hidup berkembang; sebaliknya, selalu merugikan
mereka.
Alasannya
sangat sederhana: DNA memiliki struktur yang sangat kompleks dan pengaruh acak hanya dapat mengakibatkan
kerusakan kepadanya. Ahli genetika dari Amerika,
B.G. Ranganathan menjelaskan sebagai berikut:
Mutasi
bersifat kecil, acak dan merugikan. Mereka jarang sekali terjadi dan kemungkinan terbaik adalah
bahwa mereka tidak berpengaruh. Keempat ciri dari mutasi ini berimplikasi bahwa mutasi
tidak dapat membawa kepada perkembangan evolusioner. Suatu perubahan acak dalam sebuah
organisme yang sangat terspesialisasi akan tak berpengaruh, atau merugikan. Perubahan
acak pada sebuah jam tidak dapat memperbaikinya. Ia paling mungkin akan merusak jam itu
atau setidaknya tidak berpengaruh. Sebuah gempa bumi tidak akan memperbaiki sebuah
kota, hanya membawa kerusakan.
Tidak
mengejutkan bahwa sejauh ini tidak ada contoh mutasi yang bermanfaat, yakni, yang teramati mengembangkan kode
genetis, ditemukan. Semua mutasi terbukti
merugikan. Telah dipahami bahwa mutasi, yang ditampilkan sebagai sebuah
“mekanisme evolusioner”, sebenarnya merupakan peristiwa genetik
yang merugikan makhluk hidup, dan
menjadikan mereka cacat. (Efek mutasi paling umum pada manusia adalah kanker). Tak diragukan,
sebuah mekanisme yang merusak tidak mungkin
menjadi “mekanisme
evolusioner”.
Seleksi alam, di sisi lain, “tidak
dapat melakukan apa pun dengan sendirinya”, sebagaimana juga diakui oleh Darwin.
Fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak
terdapat “mekanisme
evolusioner” di alam. Karena
tidak ada mekanisme evolusioner, tidak mungkin pula proses khayalan yang dinamakan
evolusi pernah terjadi.
No comments:
Post a Comment