TEORI EVOLUSI TEILHARD DECARDIN
Jika
Darwin tokoh vital teori evolusi awal, di zaman modern ini, Teilhard de Chardin,
sarjana paleontology dari Perancis, yang sangat popular dalam teori evolusi.
Menurut Teilhard bumi mengalami 3 fase evolusi:
A. Fase Geosfer:
Fase terciptanya matahari dan planet-planet
(termasuk bumi). Pada fase ini belum ada kehidupan, namun perubahan alam
berjalan terus.
B. Fase Kehidupan
(biosfer):
Fase ini
bermula dari sel-sel, sampai pada tingkat perkembangan tertinggi. Loncatan
evolusi terpenting adalah munculnya manusia.
C. Fase pikiran:
Pada
fase ini manusia berkembang dari pola kehidupan primitif sampai pada kehidupan
modern yang ditandai teknik dan industri modern.
Teilhard
mengatakan, setiap benda memiliki dua segi yang saling berjalin, yaitu segi
luar (without): seluruh struktur benda sejauh dapat diukur, diperiksa secara
fisika-kimia, dan segi dalam (within): konsentrasi psikis-inti kecendrungan
dari benda. Oleh Teilhard, konsentrasi psikis itu disebut “kesadaran”.
Kesadaran nampak jelas dalam diri manusia, namun ada juga dalam binatang
sebagai perasaan dan insting, dan dalam tumbuh-tumbuhan sebgai hidup vegetatif.
Sedangkan dalam benda mati “kesadaran” itu masih tipis.
Segi
luar dan segi dalam tidaklah merupakan dua bagian yang berlainan dalam suatu
benda, melainkan dua sudut dari kenyataan yang sama, sehingga tidak dapat
dipisah-pisahkan. Jadi benda bukanlah semacam kumpulan atom-atom yang
berjajaran secara mekanis saja, melainkan suatu penyatuan atom-atom dan
molekul-molekul dengan daya kecendrungan tertentu. Kecendrungan itu,
“kesadaran” itu, adalah kunci evolusi. Dalam benda mati, kombinasi atom dan
molekul masih relatif sederhana dan sejalan dengan kesederhanaan segi luar itu,
konsentrasi psikis, segi dalamnya-pun masih sederhana dan tipis. Makin
kompleks, makin kaya segi lahir, yakni kombinasi molekul-molekulnya, makin
padat dan kuatlah segi batinnya. Evolusi menuju struktur benda yang semakin
sempurna adalah sekaligus evolusi menuju kesadaran batin yang semakin memusat.
Sampai suatu saat, terjadilah loncatan maha penting dalam proses evolusi alam
semesta, yaitu: meningkatnya kesadaran instinktif menjadi kesadaran reflektif,
lahirnya pikiran. Terjadilah jiwa manusiawi. Manusia sadar bahwa dirinya
“sadar”, dapat berkata “aku”, dapat memikirkan masa lampau dan masa depan,
mengambil kesimpulan, dan merencanakan. Ia sendiri kini menjadi pendorong
evolusi.
Semakin
kompleks, makin bersatulah benda – itulah hukum evolusi–, yang disebut oleh
Teilhard “loi de complexite et de conscience” (hukum eratnya hubungan antara
kompleksifikasi materi dan konsentrasi batin, yaitu kesadaran). Dan bisa ditambahkan
bahwa; makin bersatu, makin bebas dari pengaruh luar, makin merdekalah ia dalam
dirinya sendiri. Kebebasan mencapai puncaknya dalam diri manusia. Ia merupakan
satu personality, kepribadian yang menyeluruh dalam dirinya sendiri. Ia bebas
menentukan nasibnya sendiri.
Penjelasan
dari Teilhard merupakan pukulan yang mematikan bagi materialisme. Ia menunjukan
bahwa evolusi tidak berjalan atas susunan materi belaka, tidak berkembang dari
kebetulan, tetapi secara terarah, berdasarkan kesadaran batin, seakan-akan
dalam benda itu tertanam suatu rencana. Persatuan mutlak antara segi lahir dan
batin (tubuh dan jiwa) membawa kesimpulan-kesimpulan yang revolusioner.
Pertama, manusia, seluruhnya jiwa dan badan berasal dari bapak ibu, dari
leluhur. Jadi bukanlah bahwa anak bayi tubuhnya berasal dari sel telur
perempuan dan sperma lelaki, sedang jiwanya pada pembuahan langsung diciptakan
Tuhan. Tetapi, bapak ibu secara total, jiwa dan badan, menurunkan anak. Kedua:
jika manusia meninggal, tubuh tidak akan mutlak terpisah dari jiwa, dan itu
merupakan dasar dari kebangkitan.
No comments:
Post a Comment