DUA WAJAH MUSSOLINI
Untuk
menganalisa karakter fasis, contoh kedua yang harus dicermati setelah kaum Nazi adalah diktator Italia,
Mussolini, pemula sej ati dari konsep “fasisme”.
Jika kita mencermati karirnya, kita akan
menemukan contoh terbaik dari seorang hipokrit yang
menyimpan kebencian luar biasa terhadap agama, tetapi memasang kedok agama untuk mencapai tujuan-tujuan
politisnya.
Kebenaran
lainnya yang terungkap dari karir Mussolini adalah bahwa garis yang memisahkan komunisme dengan fasisme
sangatlah tipis, walaupun mereka mungkin tampak
sebagai ideologi yang sepenuhnya berlawanan. Namun, keduanya sangat mirip, karena keduanya merupakan sistem
yang oligarkis (berdasarkan pada kekuasaan
minoritas), totaliter, menindas, dan kejam, yang mempertunjukkan permusuhan terhadap agama, dan mendukung
cara pandang Darwin atas kenyataan. (Lihat
Komunisme dalam Jebakan oleh Harun Yahya, Maret 2001) Jadi sebenarnya
hanya ada sedikit perbedaan antara seorang
komunis dan seorang fasis, karena seseorang dapat
dengan mudah berpaling dari yang satu ke yang lain. Seorang komunis yang menumpahkan darah sambil mengimpikan
revolusi kaum proletar dapat saja kemudian
mulai menunjukkan perilaku serupa untuk cita-cita fasis. Karena kekerasan adalah unsur yang tak dapat dilepaskan
dari kedua ideologi tersebut.
Mussolini
menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai seorang komunis ateis, seorang musuh agama dan Darwinis yang
fanatik, dalam upaya mencoba mencari tempat
bagi dirinya di dalam politik Italia. K etika ia gagal mencapai tujuannya
dengan cara-cara ini, dia menjadi seorang
fasis.
No comments:
Post a Comment