Powered By Blogger

Monday, 6 May 2013

KEBIJAKAN FASISME YANG BERMUKA DUA TENTANG AGAMA


KEBIJAKAN FASISME YANG BERMUKA DUA TENTANG AGAMA

Kebijakan Hitler yang bermuka dua terhadap agama bukanlah suatu metode yang terbatas pada Nazisme saja, melainkan merupakan karakteristik umum rezim-rezim fasis. Agama semata-mata digunakan sebagai alat oleh ideolog fasis, karena mereka menyadari bahwa mereka akan berhadapan dengan reaksi keras dari masyarakat dikarenakan kekejaman dan kebijakan rasis mereka, kecuali jika mereka menyamarkannya dengan retorika agama. Maka, mereka menyimpangkan agama untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Mereka menggunakan bahasa dan pemikiran dari agama masyarakat mereka, tetapi ketika diterapkan, sebuah sistem yang jauh berbeda dengan agama mulai kelihatan.

Strategi tersebut hanyalah sebuah kebijakan yang dirancang oleh para pemimpin fasis untuk menyatukan rakyat mereka, karena mereka menyadari bahwa rakyat akan bersedia untuk melakukan segala bentuk pengorbanan atas nama agama, dan mau memikul banyak penderitaan demi keyakinan mulia ini. Maka, mereka menampilkan diri seolah bertindak atas nama Tuhan dan agama. Mereka berupaya menggambarkan citra religius pada diri mereka dengan mengeksploitasi bahasa dan lambang-lambang keimanan dalam slogan-slogan dan propaganda mereka. Namun secara munafik, kaum fasis melakukan kekejaman luar biasa dan tindakan tak berperikemanusiaan yang mereka rasa perlu. Pada dasarnya, apa yang dipraktikkan kaum fasis sama sekali berlawanan dengan apa yang mereka khotbahkan. Penggunaan agama yang penuh tipu daya oleh kaum fasis dengan cara ini dan untuk kekuatan mereka sendiri hanyalah contoh lain dari jangkauan kedengkian mereka.

Allah menyatakan tentang mereka yang berdusta terhadapnya sebagai berikut:

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?. Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah atas orang-orang yang zalim.“ (QS. Huud, 11: 18)

Di lain pihak, mereka yang tertipu oleh slogan-slogan fasis dan dipengaruhi oleh taktik-taktik mereka juga tak dapat dipandang tulus. Orang-orang ini primitif dan jahil, dengan kemampuan bernalar yang berkembang lambat, yang memandang agama semata sebagai warisan yang diturunkan dari nenek moyang mereka.  arena itulah, mereka gagal memahami atau abai terhadap kepalsuan, kebejadan, dan ketidaklogisan yang dilakukan kaum fasis dalam menggunakan agama.

Seperti telah kita pahami pada halaman-halaman sebelumnya, kaum fasis telah menggunakan agama untuk mempengaruhi orang bahwa rasisme dan pandangan Darwins atas dunia adalah tepat dan benar. Tetapi, strategi ini sekali lagi hanya akan mengungkapkan kurang cerdasnya kaum fasis. Karena, jelaslah bahwa agama tidak mendukung rasisme, ataupun persaingan, maupun perjuangan untuk bertahan hidup di antara manusia. Tuhan telah mengungkapkan bahwa satu-satunya keunggulan di antara manusia terletak pada kesalehan, yang tergantung pada ketaatan, cinta kasih, dan kerja sama di antara manusia, dan bukan pada persaingan. Namun, kaum fasis hanya mampu memperdaya segolongan masyarakat yang abai akan tampilan agama yang palsu ini.

No comments:

Post a Comment