HATI-HATI DENGAN PENYIMPANGAN TENTANG KEBIASAAN MONYET
Dalam dokumenter My Favorite Monkey tersirat bahwa monyet
berekor bernama macaque memiliki kemampuan mengembangkan tingkah laku rumit, dan
mengajarkannya pada monyet-monyet lain dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Ini
digambarkan sebagai “kebiasaan monyet”, karena arti kebiasaan adalah tingkah laku yang
dipelajari.
Mungkin saja untuk mengatakan bahwa model tingkah laku yang tidak umum pada suatu spesies merupakan
sebuah ‘kebiasaan’. Namun, sebagaimana telah kami sebutkan di atas, tingkah laku yang “mirip
manusia” atau kebiasaan “mirip manusia” dalam sisi-sisi tertentu makhluk hidup lagi-lagi bukan
merupakan bukti teori evolusi.
Teve National Geographic terlibat dalam dua penyimpangan besar dalam hal ini. Pertama, contoh mengenai
seekor macaque yang mencuci kentang berpasir di laut sebelum memakannya. Kedua, seekor macaque
dewasa dengan paksa merebut batu yang tengah dimainkan dari tangan monyet yang lebih
muda.
Disebutkan bahwa mencuci kentang dalam air adalah tingkah laku yang berawal dari seekor macaque dalam kelompok itu, yang kemudian mengajarkannya kepada yang lain. Ini dianggap sebagai sebuah
kebiasaan. Pengambilan batu yang sedang dimainkan macaque muda oleh macaque dewasa dianggap
sebanding dengan anak-anak yang bermain di taman bermain yang saling berebut mainan. Juga dikatakan bahwa cara macaque dewasa menunjukkan kekuatannya dengan merebut batu dari hewan yang lebih muda menunjukkan bahwa macaque
mengaitkan batu tersebut dengan penghargaan masyarakat.
Kenyataan bahwa seekor monyet membersihkan “seperti manusia” dan menunjukkan kebiasaan
memamerkan sebuah “mainan” tidak dapat dijadikan bukti evolusi. Para evolusionis terus-menerus
terpaku pada kebiasaan monyet, dan terbiasa menggambarkan kebiasaan monyet tersebut dimiliki oleh seluruh monyet, berdasarkan hubungan tertentu
antara monyet yang satu dengan yang lain. Tujuannya di sini adalah mematri pemahaman masyarakat bahwa kebiasaan manusia
adalah sebuah fenomena yang muncul melalui evolusi, dan di antara hewan-hewan yang paling dekat
tingakatannya dengan kebiasaan manusia ditunjukkan oleh monyet.
Namun lebah liar yang dikenal dengan nama schwarzula atau semut pemotong
daun (leafcutter ant) menunjukkan kebiasaan yang lebih rumit bertani. Schwarzula
“beternak” dengan menggunakan sekresi dari sejenis larva yang dikumpukan di sarangnya. Semut
pemotong daun “bertani” dengan menumbuhkan jamur. Jenis semut lain mengumpulkan damar
dari pohon-pohon danmenggunakannya sebagai antiseptik untuk membersihkan
sarangnya dari kuman. Ini merupakan pertanda “kebiasaan pengobatan”. Bukti bahwa makhluk hidup, yang (menurut para evolusionis) “lebih
sederhana” dibanding kera dan lebih jauh kedudukannya dari manusia dibandingkan kera, dapat menunjukkan contoh kebiasaan yang
rumit cukup untuk meruntuhkan pengakuan kaum evolusionis tentang hubungan antara “kebiasaan monyet” dengan manusia.
Sebagaimana telah kita lihat, penyimpangan Teve National Geographic tidak cukup, menurut teori evolusi,
untuk menjelaskan tingkah laku dan kebiasaan hewan yang mirip dengan manusia. Selain itu,
contoh-contoh tingkah laku dan kebiasaan lebah, semut, berang-berang, anjing dan merpati
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak akan dapat terjawab dengan teori evolusi:
bagaimana makhluk-makhluk ini menemukan keterangan yang diperlukan untuk mencapai tingkah laku yang begitu rumit? Bagaimana mereka
dapat menerjemahkan keterangan tersebut? Bagaimana serangga-serangga kecil itu dapat
menunjukkan tingkah laku yang lebih rumit daripada kera, yang dianggap kerabat terdekat manusia?
Anda dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada seorang evolusionis pilihan Anda. Sudah dapat
dipastikan bahwa jawabannya akan menunjukkan kebingungan yang mereka hadapi. Mereka yang lebih
berpengalaman akan mencoba menyembunyikan hal ini dengan mengatakan bahwa tingkah laku tersebut tergantung pada “naluri”. Namun
alasan ini gagal menyelematkan teori yang menghadapi jalan buntu. “Naluri” tidak lebih dari sebuah nama yang dibuat untuk kebingungan evolusi
ini.
Jelas sekali bahwa naluri tidak berasal dari makhluk hidup itu
sendiri, melainkan diilhami oleh kecerdasan yang lebih tinggi. Dialah Allah Yang mengilhami
tingkah laku lebah, berangberang, anjing, merpati dan simpanse. Setiap makhluk hidup
menunjukkan sifat-sifat yang telah Allah tetapkan baginya. Kenyataan bahwa simpanse adalah
hewan, yang mengagumkan bagi manusia dan dapat menaati perintah, lahir dari ilham yang
diturunkan Allah padanya. Kebenarannya dapat dilihat dalam ayat Quran,
No comments:
Post a Comment