Powered By Blogger

Wednesday, 1 May 2013

HOMO ERECTUS ADALAH RAS MANUSIA, BUKAN MANUSIA KERA


HOMO ERECTUS ADALAH RAS MANUSIA, BUKAN MANUSIA KERA

Dalam dokumenter NGC Homo erectus digambarkan sebagai setengah kera, setangah manusia yang berjalan tegak dan mencoba berbicara dengan mengeluarkan bunyi-bunyi aneh. Meskipun demikian, kenyataannya adalah Homo erectus adalah ras manusia, tanpa sifat kera sama sekali.

Tidak ada perbedaan antara kerangka Homo erectus dan manusia modern. Alasan utama bagi kaum evolusionis menyatakan bahwa Homo erectus “primitif” adalah kapasitas tengkoraknya (900-1,100 cc), yang berarti lebih kecil daripada manusia modern, dan alis matanya yang tebal menonjol. Namun, banyak manusia yang hidup di masa kini yang meiliki kapasitas tengkorak yang sama dengan Homo erectus (suku pigmi, misalnya) dan ras-ras yang memiliki alis mata menonjol (misalnya suku asli Australia).

Merupakan sebuah kenyataan yang telah disepakati bersama bahwa perbedaan kapasitas tengkorak tidak menunjukan perbedaan tingkat kecerdasan atau kemampuan. Kecerdasan bergantung pada susunan dalam otak, bukan volumenya.

Fosil-fosil yang yang telah membuat Homo erectus menjadi terkenal di seluruh dunia adalah manusia Peking dan manusia Jawa di Asia. Meskipun demikian, pada saat yang bersamaan disadari bahwa kedua fosil ini tidak dapat dipercaya. Manusia Peking terdiri dari sejumlah bagian yang terbuat dari gips (plaster) yang bentuk aslinya telah hilang, dan manusia Jawa “dibentuk” dari potongan-potongan tengkorak dan tulang pinggul (pelvis) yang ditemukan terpisah dalam jarak beberapa meter tanpa ada bukti yang memastikan keduanya berasal dari makhluk yang sama. Inilah mengapa fosil Homo erectus yang ditemukan di Afrika menjadi semakin penting.

Spsimes Homo erectus yang paling terkenal yang ditemukan di Afrika adalah fosil “Bocah Turkana” (Turkana Boy), yang ditemukan dekat Danau Turkana di Kenya. Dipastikan bahwa fosil itu berasal dari anak laki-laki berusia 12 tahun, yang tingginya akan mencapai 1,83 meter saat dewasa. Struktur kerangka fosil yang tegak tidak berbeda dengan manusia modern. Seorang palaeoantropolog Amerika, Alan Walker, mengatakan bahwa dia tidak yakin bahwa “seorang ahli patologi biasa dapat menunjukkan perbedaan antara kerangka fosil dan manusia modern”. Mengenai tengkoraknya, Walker menulis bahwa dia tertawa ketika melihatnya karena “terlihat sangat mirip dengan seorang Neanderthal.” Karena Neanderthals adalah ras manusia modern, Homo erectus juga merupakan ras manusia modern.

Bahkan evolusionis Richard Leakey mengatakan bahwa perbedaan antara Homo erectus dengan manusia modern tidak lebih dari variasi ras:

Orang akan dapat melihat perbedaan dalam bentuk tengkorak, tonjolan wajah, bentuk alisnya yang kaku dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin tidak sejelas yang kita lihat sekarang di antara ras-ras manusia modern yang terpisah secara geografis. Variasi biologis seperti ini muncul saat masyarakat terpisah dengan masyarakat lain secara geografis untuk jangka waktu yang lama.

Professor William Laughlin dari Universitas Connecticut melakukan pemeriksaan anatomis menyeluruh pada suku Inuit dan masyarakat yang tinggal di kepulauan Aleutia, dan menemukan bahwa orang-orang ini sangat mirip dengan Homo erectus. Laughlin sampai pada kesimpulan bahwa ras-ras yang berbeda ini merupakan bagian dari ras Homo sapiens (manusia modern):

Saat kita memperhatikan perbedaan-perbedaan besar yang ada pada kelompok-kelompok terpencil seperti bangsa Eskimo dan Bushmen, yang diketahui sebagai anggota spesies yang sama Homo sapiens, sepertinya dapat disimpulkan bahwa Sinanthropus [sebuah spesimen erectus] termasuk anggota spesies yang beraneka ragam tersebut.

Terdapat perbedaan yang amat besar antara Homo erectus, sebuah ras manusia, dengan kera, sebagai pendahulu Homo erectus dalam skenario “evolusi manusia” (Australopithecus, Homo Habilis, dan Homo rudolfensis). Ini berarti manusia pertama di catatan fosil muncul secara tiba-tiba tanpa sejarah evolusioner.


No comments:

Post a Comment