KALORI
DALAM BERAS
Saya melihat
ada korelasi antara apa yg dimakan oleh sebagian besar kita dgn apa output
prestasi yg dihasilkan… Nasi kita amat disayangkan bukan kwalitas terbaik
dibanding kwalitas beras lain…. asupan gizi yg terkandung dalam nasi tidak
cukup bagus untuk membangun urat, otot, semangat, spirit dan energi bagi
kemajuan SDM kita… dibanding selaku pengkreasi… kita tidak berobah… pola makan
juga tidak dan hingga detik ini bangsa ini masih dibelakangkan dan ditinggalkan
dalam hal peradaban dunia… Salah satu yg saya amati adalah gizi yg terkandung
dalam beras kita tidaklah cukup mampu membikin kita menjadi bangsa penyetor
peradaban baru… kata adalah konsumen bukan produsen kebudayaan… dan hal ini
jelas adalah akibat kita ada yg salah dalam memasukkan sesuatu ke jaringan otot
dan otak kita… dan yg kita masukkan tiap hari adalah 60%nya itulah NASI YG KITA
SANTAP DGN SEGALA KENIKMATAN GOYANGAN LIDAH… Nasi kita hanyalah sekedar
pengenyang perut, hanya sebatas penyambung hidup bukan pembangun jaringan otak,
urat, semangat, spirit yg mendorong kita mengerahkan yg terbaik… Kekalahan kita
lebih pada apa yg dioleh oleh lambung dan fungsi hati kita ditambah dgn lebih
berminatnya orang Indonesia akan spirituil yg melenakan plus juga akibat kekeliruan
fatal dunia pendidikan yg cuma bisa mencetak orang- orang yg diisi otaknya dgn
rumus, hafalan dan angka-angka tanpa diajarkan bagaimana bisa menciptakan
pemikiran sendiri dan berkreasi sendiri dgn kedua tangannya…. berikut sedikit
uraian dari seseorang peneliti ttg beras: # Tö3mpLek bl3g.. :: Nasi bikin kita
Miskin dan Bodoh December 13th, 2006 at 7:55 pm Nasi Ternyata Juga Bikin Kita
Bodoh “Ketimbang mengkonsumsi protein, kita termasuk boros memakan karbohidrat,
terutama nasi dan mie instan. Selain terkenal sebagai pemakan nasi yang akut,
bangsa kita juga tercatat sebagai pengkonsumsi mie per kapita terbesar di dunia
setelah Korea. Mungkin wajar, karena kita membutuhkan banyak tenaga otot
ketimbang tenaga otak. Karbohidrat memang fungsi utamanya menghasilkan tenaga
bagi tubuh. Tapi ada karbohidrat yang cepat sekali diolah menjadi tenaga, juga
ada karbohidrat yang lebih lama diolah tubuh. Nasi termasuk golongan
karbohidrat pertama. Sementara gandum, kentang, dan sebagainya termasuk
golongan karbohidrat kedua. Terlalu banyak memakan karbohidrat yang terlalu
cepat diolah tubuh jelas tidak baik. Ketika kita tidak lagi membutuhkan tenaga
otot melainkan tenaga pikiran, tenaga yang kadung terbentuk segera diubah
menjadi lemak. Selain menjadi tumpul dalam pikiran, kita juga jadi gampang
mengalami kegemukan. Orang Indonesia rata-rata mengkonsumsi nasi sebanyak 136,5
kg/tahun. Angka ini terbesar di dunia. Orang Indonesia tanpa nasi dianggap
belum makan. Bahan makanan lain seperti protein, mineral, dan vitamin jadi
kurang asupannya. Nasi sentris, selain boros, juga membuat postur tubuh
rata-rata orang Indonesia lebih pendek dari bangsa lain yang konsumsi
proteinnya lebih tinggi. Kalau melihat upah minimum Amerika sebesar $5,15 per
jam, maka diperlukan hanya 30 menit buat orang miskin Amerika untuk bisa
membeli sepotong Big Mac. Bandingkan dengan UMR Jakarta sebesar Rp 816 ribu per
bulan atau sekitar Rp 4.000 per jam. Orang miskin di Indonesia harus bekerja
setidaknya 1 jam untuk bisa makan satu kali. Nah, mencari sumber makanan yang
bergizi adalah urgent. Namun, menurunkan komponen biaya dasar tersebut bagi
masyarakat golongan kecil juga penting. Ada pola dasar bahwa semakin miskin
penduduk suatu negara, maka semakin besar porsi belanja makanan mereka. Kalau
kita ingin meningkatkan kesejahteraan kita, maka kurangi porsi belanja makanan
kita. Alternatifnya bisa dengan mengurangi porsi makan atau memilih makanan
dengan komposisi gizi yang lebih baik dan harga lebih murah. Gandum sebagai
Alternatif Gandum adalah bahan komoditi yang cukup banyak digunakan di berbagai
negara di seluruh penjuru dunia. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari roti,
kue, biskuit, sereal, mie, martabak, chappati, bakpao, pizza, croissant, dan
sebagainya. Bagaimana dengan harga dan komposisi gizinya? Harga gandum menurut
pasar komoditi LIFFE sekitar $175 per ton untuk kualitas terbaik. Harga beras
lokal kualitas medium sekitar Rp 5.000/ kg atau setara $550 per ton. Menurut
Nutrition Data, kandungan energi nasi sekitar 97 kalori per 100 gram. Sementara
kandungan energi roti sekitar 361 kalori per 100 gram. Kebutuhan energi minimal
seorang manusia dalam sehari sekitar 2.000 kalori. Ini bisa dipenuhi dengan 2
kg beras (setara Rp 10.000) atau dengan 500 gram gandum (setara Rp 800).
Walaupun kandungan kalorinya lebih tinggi, membuat roti membutuhkan lebih
sedikit volume gandum/terigu daripada membuat nasi yang membutuhkan volume
beras yang lebih banyak. Di sini terlihat jelas bahwa beras/nasi jelas kurang
ekonomis dibandingkan roti/gandum. Menurut data Bogasari, konsumsi gandum
Indonesia per kapita hanya sebesar 15 kg. Jauh di bawah Singapura (71 kg) atau
Malaysia (40 kg). Asumsikan fisiologis perut orang Indonesia dengan orang
Singapura/Malaysia sama, maka seharusnya pengurangan konsumsi beras oleh orang
Indonesia dan menggantinya dengan gandum sebenarnya mudah dilakukan.”
No comments:
Post a Comment