KEBENCIAN FASISME TERHADAP AGAMA
Sebagai
kesimpulan, ketika kita meneliti dasar dari fasisme, kita menemukan sebuah sistem etika yang sama sekali
bertolak belakang dengan kebajikan yang terdapat
di dalam agama, seperti cinta, kasih sayang, belas kasih, kerendahan hati, kerjasama, dan merasa cukup dengan apa
yang dimiliki. Namun, fasisme merupakan sekolah
pemikiran yang menyusun kebalikannya, dan, di bawah pengaruh Darwinisme, menggambarkan dirinya
sebagai suatu pendekatan yang rasional dan “ilmiah”. “Kekejaman”, yang senantiasa dikutuk oleh agama, di
puji dan disucikan secara
sistematis oleh fasisme.
Ideologi
yang kejam dan bengis ini telah menjadi akar dari aksi-aksi pembunuhan etnik yang dilakukan Hitler,
penaklukan-penaklukan Mussolini yang zalim,
perang saudara berdarah yang dikobarkan Franco, kebrutalan Pinochet, pembunuhan yang dilakukan Saddam Hussein
atas 5000 rakyat sipil dengan gas saraf, kebiadaban
yang tak berperikemanusiaan yang dilakukan Milosevic kepada bangsa Bosnia dan Albania, dan banyak lagi
kekejian lainnya sekarang. Ideologi fasis memainkan
peranan, tidak hanya dalam bentuk kekerasan oleh negara, sebagaimana disebutkan di atas, tetapi juga dalam
contoh-contoh sehari-hari. Penikaman, pemukulan,
atau pembunuhan karena kesalahpahaman sederhana adalah produk dari budaya yang memandang dan menggambarkan
kekerasan sebagai sebentuk kepahlawanan.
Sumber dari mentalitas ini adalah pengaruh gagasan “perjuangan untuk
bertahan hidup”,
yang suatu ketika dinyatakan oleh ideolog-ideolog semacam Darwin dan Nietzsche.
Penyebab
penyakit ini adalah tiadanya agama pada orang-orang ini. Mereka mungkin saja menyatakan diri sebagai
religius jika ditanya, tetapi mereka tidak mempunyai
gambaran sedikit pun tentang keindahan dan kemuliaan yang dilimpahkan agama kepada manusia. Dan
untuk alasan yang sama, obat bagi penyakit
ini adalah agar manusia mempelajari arti sebenarnya dari moralitas Qurani, juga memahami dan hidup dengannya.
No comments:
Post a Comment