MENGAPA BERPIKIR BAHWA TUHAN MENCIPTAKAN MAKHLUK HIDUP MELALUI PROSES EVOLUSI ADALAH
SALAH?
Secara
ilmiah telah dibuktikan bahwa rancangan menakjubkan yang tampak di seluruh makhluk hidup dan benda mati di alam
semesta ini tidaklah mungkin muncul menjadi ada akibat kekuatan alamiah buta dan
ketidaksengajaan. Meskipun demikian, sebagian orang menyatakan, memang benar bahwa terdapat sang
Pencipta, tetapi Dia menciptakan kehidupan melalui proses evolusi.
Sudah
sangat jelas bahwa Tuhan Yang Mahakuasa telah mencipta seluruh alam semesta dan makhluk hidup. Adalah keputusanNya untuk
mencipta secara seketika ataupun bertahap. Kita hanya dapat memahami kejadiannya melalui
informasi yang Tuhan berikan kepada kita (dengan kata lain, melalui ayat Al Qur’an), serta melalui
bukti ilmiah yang tampak jelas di alam ini.
Jika
mencermati kedua sumber tersebut, kita tidak menyaksikan adanya peristiwa “penciptaan melalui evolusi”.
Tuhan
telah menurunkan berbagai ayat dalam Al Qur’an yang membahas tentang penciptaan manusia, kehidupan, dan alam semesta.
Tak satu pun di antara ayat tersebut yang berisi keterangan tentang penciptaan melalui evolusi.
Dengan kata lain, tak satu pun ayat yang berkata bahwa makhluk hidup tercipta akibat proses
evolusi dari satu makhluk menjadi makhluk lain. Sebaliknya, diungkapkan dalam ayat-ayat itu, bahwa
kehidupan dan jagat raya ini tercipta melalui perintah Tuhan: “Jadilah!”
Penemuan
ilmiah pun telah memperlihatkan bahwa penciptaan melalui proses evolusi adalah mustahil. Catatan fosil menunjukkan
bahwa beraneka ragam spesies muncul bukan melalui evolusi satu dari yang lainnya, melainkan secara
terpisah, secara tiba-tiba, serta dilengkapi dengan seluruh struktur mereka masing-masing yang khas.
Dengan kata lain, penciptaan bagi setiap spesies adalah berbeda.
Jika
terdapat sesuatu seperti “penciptaan melalui evolusi”, kita sudah seharusnya
dapat melihat buktinya saat ini. Tuhan telah
menciptakan segala sesuatu menurut peraturan tertentu, di dalam kerangka hukum sebab-akibat.
Misalnya, sudah pasti Tuhan yang menjadikan kapal dapat terapung di air. Akan tetapi, apabila
kita mempelajari penyebabnya, kita akan memahami bahwa penyebabnya adalah diciptakannya pada
air kekuatan yang menopang kapal. Tidak ada sesuatu pun kecuali kekuatan Tuhan yang memungkinkan
burung dapat terbang. Akan tetapi, bila kita mempelajari
bagaimana ini terjadi, kita akan menemukan adanya hukum aerodinamika. Oleh
sebab itulah, jika makhluk hidup memang
diciptakan melalui proses bertahap, maka seharusnya terdapat sistem yang dilengkapi hukum-hukum dan
kemajuan-kemajuan di bidang genetika, yang dapat menjelaskan
peristiwa tersebut. Lebih lanjut, kita akan mengenal adanya hukum biologi,
kimia dan fisika yang lain.
Akan terdapat bukti dari penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa satu makhluk hidup dapat berubah menjadi
makhluk lain. Selain itu, dari berbagai riset tersebut, dimungkinkan pengembangan enzim, hormon,
dan molekul sejenis yang tak dimiliki suatu spesies, agar spesies tersebut dapat
memanfaatkannya. Tambahan lagi, kemajuan tersebut akan memungkinkan diciptakannya berbagai
struktur dan organel baru yang belum pernah dimiliki spesies itu.
Kajian-kajian
laboratorium akan mampu menunjukkan contoh-contoh makhluk yang telah melalui proses mutasi, serta memperoleh
manfaat dari proses tersebut. Kita juga akan mampu melihat mutasi itu diwariskan kepada
generasi berikutnya, serta benar-benar menjadi bagian dari spesies. Selain itu pula, akan terdapat
jutaan fosil makhluk peralihan dari masa silam, dan di masa kini akan ada makhluk hidup yang tahapan
transisinya belum selesai. Pendek kata, seharusnya terdapat berbagai contoh proses seperti
ini, yang tak terhitung banyaknya.
Akan
tetapi, tak ada satu pun bukti bahwa satu spesies dapat melakukan perubahan
menjadi spesies lainnya. Seperti telah kita
lihat, data fosil menunjukkan bahwa semua spesies makhluk hidup muncul secara tiba-tiba tanpa nenek
moyang. Fakta ini, selain menghancurkan teori evolusi (yang menyatakan kehidupan muncul berdasarkan
peristiwa kebetulan), juga menunjukkan ketidakabsahan
pendapat bahwa Tuhan menciptakan makhluk hidup, dan kemudian makhluk tersebut berubah melalui proses.
Tuhan
menciptakan makhluk hidup secara supernatural, melalui satu perintah “Jadilah!”
Ilmu pengetahuan modern menegaskan fakta ini,
dan membuktikan bahwa makhluk hidup muncul secara tiba-tiba
di Bumi.
Para
pendukung gagasan “Mungkin saja Tuhan menciptakan makhluk hidup di Bumi melalui proses evolusi” sebenarnya sedang
mencoba membangun “titik temu” antara penciptaan
dan Darwinisme. Akan tetapi ini adalah suatu
kesalahan yang mendasar. Mereka tidak menyadari dasar logika Darwinisme dan filsafat yang
dijunjungnya. Darwinisme bukanlah terdiri atas gagasan perubahan spesies. Sebenarnya,
Darwinisme adalah suatu upaya untuk menjelaskan asal-usul makhluk melalui penyebab-penyebab yang
bersifat materi belaka. Dengan kata lain, Darwinisme berupaya agar masyarakat menerima
pendapat bahwa makhluk hidup adalah hasil kerja alam, dan melapisi pendapat itu dengan polesan
ilmiah. Tak mungkin ada “titik temu” atau “satu landasan pijak bersama” antara filsafat
naturalistik (ajaran yang tidak mengakui adanya kekuatan lain selain alam) dengan keyakinan kepada Tuhan.
Adalah salah apabila kita berusaha mencari titik temu seperti itu, bersikap menyerah kepada
Darwinisme, dan menganggapnya sebagai teori ilmiah. Seperti tampak dari 150 tahun sejarah
teori ini, Darwinisme adalah tulang punggung filsafat materialistis dan ateisme. Pencarian
titik temu tidak akan pernah dapat mengubah fakta ini.
No comments:
Post a Comment