Powered By Blogger

Wednesday, 8 May 2013

PENJELASAN TENTANG SIKNGAN MONOHIBRID


PENJELASAN TENTANG SIKNGAN MONOHIBRID

Dari kenyataan bahwa tanaman dangkal tidak muncul pada F1, tetapi tampak lagi pada F2 bersama-sama dengan tanaman dalam dan tanpa satupun tipe peralihan, jelaslah bahwa sesuatu dari tanaman tetua yang repi daunnya dangkal telah terbawa ke silangan F1 tanpa perubahan, sedangkan pada F2- nya akan memisahkan diri. Jelas pula, bahwa susuatu ini bukan hanya hanya sifat dangkal (yang tidak tampak pada F1) tetapi beberapa faktor yang menentukan perkembangan sifat itu pada tahap yang cocok pada perkembangan daun tumbuhan tertentu. Faktor penenru (determinan) suatu sifat turun-temurun seperti pertakikan (indentation) daun itu disebut gen yang kini dikenal sebagai suatu segmen tertentu dari satu molekul DNA yang tedetak pada titik tertenru sepanjang kromosom di dalam inti. Jika satu gen memiliki rebih jari satu keadaan dan masing-masing dari padanya menghasilkan perbedaan fenotipe, keadaan altenatif ini dikenal dengan istilah alel (alleles). Pada persilangan yang sedang diamati, gen untuk pertakikan (lekukan) daun memiliki dua keadaa atau dua alel, yaitu alel dalam dan alel dangkal.

Karena sel kelamin atau gamet pada organisme yang berkembang biak melalui perkawinan merupakan satu-satunya hubungan antara tetua dan keturunannya, jelas juga bahwa gamet harus terlibat dalam transmisi gen dari generasi ke generasi berikutnya. Pada silangan monohibrid yang sedang kita amati, tanaman tetua dalam dihasilkan oleh peleburan kedua gamet dari galur dalam yang menangkar sejati, tanaman tetua dangkal dihasilkan oleh peleburan dua gamet.dari galur dangkal yang menangkar sejati, dan F1 dihasilkan oleh peleburan dua gamet yang masing-masing satu dari setiap galur, tanpa mempermasalahkan dari mana silangan itu dilakukan. Hasil-silangan dapat dijelaskan dengan berasumsi bahwa: (l) setiap sel (kecuali gamet) tanaman Coleus memiliki dua alel gen yang mengatur perlekukan daun, satu berasal dari tetua betinanya dan satu yang lain dari tetua jantan, (2) pada pembentukan gamet (bakal biji dan serbuk sari) kedua alel itu rerpisah saru dari yang lain atau bersegregasi dengan hasil bahwa setiap gamet hanyha memiliki satu alel, dan (3) pada pembuahan gamet-gamet melebur berpasangan secara acak, sehingga zigot dan individu baru yang berkembang memiliki lagi dua alel. Daur ini diulang jika gamet-gamet dibentuk oleh generasi baru. Bagaimana asumsi ini berlaku bila diterapkan pada silangan monohibrid? Jika alel yang dominan bagi pentakikan dalam dinyatakan dengan A dan alel yang resesif untuk pentakikan dangkal dengan a, maka kedua penangkaran murni individu P dapat dinyatakan dengan AA dan aa, sebab keduanya memiliki dua alel yang identik dalam setiap sel tubuhnya. Demikian pula individu F1 dapat dinyatakan denganAa, sebab dalam masing-masing sel tubuhnya terdapat satu alel A dan saru alel a. Atas dasar bahwa alel akan bersegregasi iika gamet terbentuk, maka setiap individu P akan memberikan hanya satu macam gamet (baik bakal bijinya maupun serbuk sarinya) yang berisi alel A (jika individu itu AA), atau alel a jika individu itu aa). Demikian pula individu F1 akan menghasilkan dua macam gamet betina (bakal biji), A dan a, dalam jumlah yang sama, dan dua macam gamet jantan (serbuk sari), dalam jumlah yang sama. Bila suatu bakal biji A dibuahi oleh satu serbuk sari A hasilnya ialah tumbuhan AA, yang pada gilirannya hanya akan menghasilkan gamet A, jadi menangkar sejati. Jika satu bakal biji a dibuahi oleh serbuk sari a, akan kita peroleh tumbuhan ad yang juga menangkar sejati. Akan terapi jika satu bakal biii A dibuahi oleh serbuk sari a, atau sebaliknya, maka akan kita peroleh satu tumbuhan Aa, yang seperti individu F1 akan menghasilkan gamet A dan a, dan terulanglah pola keturunan F2, bila menyerbuk sendiri. Hanya kebetulan (chance) yang akan menentukan yang mana dari kedua alel yang ada dalam sel tubuh suatu individu itu yang akan memasuki suatu gamet tertentu. Kebolehjadian atau probabilitas bahwa suatu gamet F1 bakal biji atau serbuk sari) akan membawa alel dominan A adalah satu dari dua, atau 1/2, seperti halnya dengan satu mata uang yang dilemparkan ke udara memiliki kemungkinan yang sama (yaitu probabilitas 1/2 ) untuk jatuh dengan bagian muka atau bagian belakang menghadap ke atas. Probabilitas bahwa suaru gamet rertenru, bakal biji atau serbuk sari, akan membawa alel resesif a adalah1/2 juga. Kebetulan juga menerirukan apakah bakal biji A arau a yang akan dibuahi oleh serbuk sari a, sebab pembuahan merupakan suaru kejadian acak (random elrent). Jadi pengaturan transmisi gen itu bergantung pada hukum kebetulan yang berlaku pula bagi simua kemungkinan atau kejadian acak. Suatu individu F2 yang bergenotipe AA sudah pasti berasal dari bakal biji A yang dibuahi oleh serbuk sari A. Karena probabilitas bakal biji F1 dengan kandungan A adalah dan probabilias dari serbuk sari F1 dengan kandungan A juga . maka probalitas untuk memperoleh biji pada F2 dengan kandungan A melalui pembuahan acak ialah . x . = .. Kesimpulan ini merupakan contoh penerapan hasil kali hukum probalibitas yang pada pokoknya menyatakan bahwa probabilitas kejadian yang simultan dari dua arau lebih peristiwa yang independen adalah sama dengan hasil kali probabilitas dari kejadian-kejadian itu secara terpisah. Dengan mengikuti pemikiran yang sama unruk genotipe F2 yang lainnva, maka penyerbukan sendiri dari F1 dapat dilukiskan sebagai berikut:

F1: Aa x Aa
Bakal Biji F1: . A x 1/2a
Serbuk Sari F1: . A x . a
Genotip F2: . AA + . Aa + 1/4aA + 1/4aa
= . AA + . Aa + 1/4aa

Genotip dengan susunan rersebut dalam perbandingan Seperti di atas memberikan nisbah genotipe 1:2:1, atau karena individu AA dan Aa akan nampak serupa maka nisbah fenoripenya adalah 3:1. Jadi asumsi kita mengarah pada penjelasan yang sesuai dengan hasil pengamatan. Silangan monohibrid dari geneiasi tetua ke generasi F1 ditafsirkan dengan metode probabilitas unruk perhitungan nisbah gamet dan zigot.

No comments:

Post a Comment