PENJELASAN TENTANG SIKNGAN MONOHIBRID
Dari
kenyataan bahwa tanaman dangkal tidak muncul pada F1, tetapi tampak lagi pada F2 bersama-sama dengan
tanaman dalam dan tanpa satupun
tipe peralihan, jelaslah bahwa sesuatu
dari tanaman tetua yang repi daunnya dangkal telah terbawa ke silangan F1 tanpa perubahan,
sedangkan pada F2- nya akan memisahkan
diri. Jelas pula, bahwa susuatu ini bukan hanya hanya sifat dangkal (yang tidak tampak pada
F1) tetapi beberapa faktor yang menentukan
perkembangan sifat itu pada tahap yang cocok pada perkembangan
daun tumbuhan tertentu. Faktor penenru (determinan)
suatu sifat turun-temurun seperti pertakikan (indentation)
daun itu disebut gen yang kini dikenal sebagai suatu segmen tertentu dari satu molekul DNA
yang tedetak pada titik tertenru sepanjang kromosom di dalam inti. Jika
satu gen memiliki rebih
jari satu keadaan dan masing-masing dari padanya menghasilkan perbedaan fenotipe, keadaan altenatif
ini dikenal dengan istilah alel (alleles).
Pada persilangan yang sedang diamati, gen untuk pertakikan (lekukan) daun memiliki dua keadaa atau
dua alel, yaitu alel dalam dan alel
dangkal.
Karena
sel kelamin atau gamet pada organisme yang berkembang biak melalui perkawinan merupakan
satu-satunya hubungan antara tetua
dan keturunannya, jelas juga bahwa gamet harus terlibat dalam transmisi gen dari generasi ke generasi
berikutnya. Pada silangan monohibrid
yang sedang kita amati, tanaman tetua dalam dihasilkan oleh peleburan kedua gamet dari galur
dalam yang menangkar sejati, tanaman
tetua dangkal dihasilkan oleh peleburan dua gamet.dari galur dangkal yang menangkar sejati, dan F1
dihasilkan oleh peleburan dua gamet
yang masing-masing satu dari setiap galur, tanpa mempermasalahkan
dari mana silangan itu dilakukan. Hasil-silangan dapat
dijelaskan dengan berasumsi bahwa: (l) setiap sel (kecuali gamet) tanaman Coleus memiliki
dua alel gen yang mengatur perlekukan
daun, satu berasal dari tetua betinanya dan satu yang lain dari tetua jantan, (2) pada pembentukan
gamet (bakal biji dan serbuk sari)
kedua alel itu rerpisah saru dari yang lain atau bersegregasi dengan hasil bahwa setiap gamet hanyha
memiliki satu alel, dan (3) pada
pembuahan gamet-gamet melebur berpasangan secara acak, sehingga zigot dan individu baru yang
berkembang memiliki lagi dua alel.
Daur ini diulang jika gamet-gamet dibentuk oleh generasi baru. Bagaimana asumsi ini berlaku bila
diterapkan pada silangan monohibrid?
Jika alel yang dominan bagi pentakikan dalam dinyatakan
dengan A dan alel yang resesif untuk pentakikan dangkal dengan a, maka kedua penangkaran
murni individu P dapat dinyatakan
dengan AA dan aa, sebab keduanya memiliki dua alel yang identik dalam setiap sel tubuhnya.
Demikian pula individu F1 dapat dinyatakan
denganAa, sebab dalam masing-masing sel tubuhnya terdapat
satu alel A dan saru alel a. Atas dasar bahwa alel akan bersegregasi iika gamet terbentuk, maka
setiap individu P akan memberikan
hanya satu macam gamet (baik bakal bijinya maupun serbuk
sarinya) yang berisi alel A (jika individu itu AA), atau alel a jika individu itu aa). Demikian pula
individu F1 akan menghasilkan dua
macam gamet betina (bakal biji), A dan a, dalam jumlah yang sama, dan dua macam gamet jantan (serbuk
sari), dalam jumlah yang sama.
Bila suatu bakal biji A dibuahi oleh satu serbuk sari A hasilnya ialah tumbuhan AA, yang pada gilirannya
hanya akan menghasilkan gamet
A, jadi menangkar sejati. Jika satu bakal biji a dibuahi oleh serbuk sari a, akan kita peroleh
tumbuhan ad yang juga menangkar sejati.
Akan terapi jika satu bakal biii A dibuahi oleh serbuk sari a, atau sebaliknya, maka akan kita peroleh
satu tumbuhan Aa, yang seperti
individu F1 akan menghasilkan gamet A dan a, dan terulanglah
pola keturunan F2, bila menyerbuk sendiri. Hanya kebetulan
(chance) yang akan menentukan yang mana dari kedua alel yang ada dalam sel tubuh suatu individu
itu yang akan memasuki suatu
gamet tertentu. Kebolehjadian atau probabilitas bahwa suatu gamet F1 bakal biji atau serbuk sari)
akan membawa alel dominan A adalah
satu dari dua, atau 1/2, seperti halnya dengan satu mata uang yang dilemparkan ke udara memiliki
kemungkinan yang sama (yaitu probabilitas
1/2 ) untuk jatuh dengan bagian muka atau bagian belakang
menghadap ke atas. Probabilitas bahwa suaru gamet rertenru,
bakal biji atau serbuk sari, akan membawa alel resesif a adalah1/2 juga. Kebetulan juga
menerirukan apakah bakal biji A arau a
yang akan dibuahi oleh serbuk sari a, sebab pembuahan merupakan suaru kejadian acak (random elrent).
Jadi pengaturan transmisi gen itu bergantung
pada hukum kebetulan yang berlaku pula bagi simua kemungkinan
atau kejadian acak. Suatu individu F2 yang bergenotipe AA sudah pasti berasal dari bakal biji A
yang dibuahi oleh serbuk sari A.
Karena probabilitas bakal biji F1 dengan kandungan A adalah dan probabilias
dari serbuk sari F1 dengan kandungan A juga . maka probalitas untuk memperoleh biji pada F2
dengan kandungan A melalui
pembuahan acak ialah . x . = .. Kesimpulan ini merupakan
contoh penerapan hasil kali hukum probalibitas yang pada pokoknya menyatakan bahwa probabilitas
kejadian yang simultan dari dua
arau lebih peristiwa yang independen adalah sama dengan hasil kali probabilitas dari kejadian-kejadian
itu secara terpisah. Dengan mengikuti
pemikiran yang sama unruk genotipe F2 yang lainnva, maka penyerbukan sendiri dari F1 dapat
dilukiskan sebagai berikut:
F1:
Aa x Aa
Bakal
Biji F1: . A x 1/2a
Serbuk
Sari F1: . A x . a
Genotip
F2: . AA + . Aa + 1/4aA + 1/4aa
=
. AA + . Aa + 1/4aa
Genotip
dengan susunan rersebut dalam perbandingan Seperti
di atas memberikan nisbah genotipe 1:2:1, atau karena individu AA dan Aa akan nampak serupa
maka nisbah fenoripenya adalah
3:1. Jadi asumsi kita mengarah pada penjelasan yang sesuai dengan hasil pengamatan. Silangan
monohibrid dari geneiasi tetua ke generasi
F1 ditafsirkan dengan metode probabilitas unruk perhitungan
nisbah gamet dan zigot.
No comments:
Post a Comment