PEWARISAN MONOHIBRID
Koleus
belang (Coleus blumei), suatu tanaman kebun yang umum, cocok dengan persyaratan suatu
organisme yang dapat digunakan
untuk percobaan genetika dan dapat dipakai untuk mempertunjukkan
bentuk-bentuk yang khas suatu silangan dengan hanya
saru sifat yang diamati. Silangan yang demikian itu disebut silangan monohibrid. Sifat C. blumei yang
diamati ialah torehan tepi daun.
Beberapa tanaman memiliki tepi,bering git (crenate) dangkal, tanaman-tanaman lain memiliki daun yang
bercoreh (incised) agak dalam
Tanaman yang memperlihatkan salah satu dari sifat ini selanjutnya akan disebut sebagai tanaman
dangkal dan tanaman dalam.
Jika suatu tanaman dangkal yang menangkar sejati disilangkan dengan tanaman dalam yang pula menangkar
sejati (dengan jalan membuang
benang sari muda salah satu tanaman, lalu kita serbuk kepala putik yang resesif dengan serbuk
sari bunga tanaman lain), maka
semua keturunan silangannya memiliki daun bertoreh dalam, jadi mirip salah satu tipe tetuanya
saja. Sifat demikian yang memunculkan
dirinya pada semua turunan suatu silangan antara dua tetua menangkar sejati (dalam hal ini
sifat dalam), disebut dominan, dan
sifat alternatifnya yang tidak muncul (di sini sifat dangkal) disebut resesif. Bagaimanapun urutannya
pelaksanaan silangan ini, hasilnya ternyata
sama, yaitu tanpa memandang apakah tanaman dangkal atau tanaman dalam yang digunakan sebagai
tetua biji (tetua betina) atau sebagai
tetua serbuk sari (tetua jantan). Jika silangan dalam ini, yang dapat disebut F1 karena silangan ini
merupakan generasi filial pertama,
dibiarkan menyerbuk sendiri, maka akan muncul fakta yang mengagumkan pada F2 atau generasi filial
keduanya. Selain hanya menghasilkan
tanaman dalam, seperti halnya tetua (atau generasi P) dalam, Fl dalam akan menghasilkan satu
campuran turunan dalam dan
turunan dangkal yang mirip dengan kedua fenotipe tetua asalnya tanpa ada individu-individu turunannya
dengan rupa antara. Selanjutnya
tampak bahwa tanaman dalam jumlahnya lebih banyak daripada
tanaman dangkal dengan nisbah kira-kira 3:1. Dengan alasan seperti akan dijelaskan kemudian untuk
memperoleh nisbah yang mendekati
angka tersebut perlu diambil contoh dalam jumlah banyak. Jika individu-individu F2 ini kini
dibiarkan menyerbuk sendiri, terbukti
bahwa tanaman pada F3 yang berasal dari F2 dangkal semuanya adalah anaman dangkal, dan
penyerbukan sendiri yang lebih
lanjut menguatkan bahwa tanaman ini menangkar sejati (true breeding) unruk sifat ini. Walaupun
demikian, F2 dalarn tidak semuanya
berperilaku sama dan pada penyerbukan sendiri selanjutnya akan muncul dua macam. Kira-kira
sepertiganya akan hanya berupa tanaman
dalam dan dapat diperlihatkan dengan penyerbukan sendiri lebih lanjut yang akan menangkar sejati
bagi sifat ini, tetapi sisanya dua
pertiga akan menghasilkan tipe dalam dan tipe dangkal menurut perbandingan 3:1, seperti halnya F2
sendiri. Jadi F2 terdiri atas tiga genotipe:
tipe dalam yang menangkar seiati (seperti salah satu tetuanya), silangan dalam (seperti F1),
dan tipe dangkal yang menangkar
sejati (seperti tetua lainnya). Perbandingan antarta ketiga genotipe itu berturut-turut 1 : 2 : 1,
atau 1/4: 1/2 : 1/4 jika dinyatakan
sebagai bagian dari keseluruhan.
No comments:
Post a Comment