”RAJA LAUT”
Nama
coelacanth berasal dari kata-kata Yunani ”coelia” (berongga) dan ”acanthos”
(duri), yang berarti ikan dengan duri berongga. Berdasarkan catatan sejarah,
ikan coelacanth hidup pertama kali ”ditangkap” kalangan ilmiah pada tanggal 23
Desember 1938, ketika Kapten Hendrick Goosen mendapatkannya dari Laut India,
tak jauh dari mulut sungai Chalumna. Oleh Marjorie Courtenay-Latimer—seorang
kurator museum di East London, Afrika Selatan—ikan tersebut diserahkannya
kepada ahli ikan dari Universitas Rhodes, Prof. J.L.B. Smith. Untuk menghormati
jasa Latimer dan Smith, ikan purba itu kemudian diberi nama Latimeria chalumnae
Smith.
Pencarian
lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian
mendapatkan perairan Kepulauan Komoro, sebelah barat Madagaskar, sebagai habitatnya.
Di situlah beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih
dari 150 m. Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990-an beberapa individu juga
tertangkap di perairan Mozambique, Madagaskar, dan Afrika Selatan. Namun,
semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama
dengan yang ada di Kepulauan Komoro.
Pada
1998 atau enam puluh tahun sejak temuan pertama, seekor ikan coelacanth
tertangkap jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah
dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya
oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan yang oleh nelayan disebut ”raja laut” itu
kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado,
Mark Edmann. Bersama dua koleganya, R.L. Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari
LIPI, Mark menerbitkan temuannya di majalah ilmiah Nature, 1998.
No comments:
Post a Comment