Powered By Blogger

Friday, 3 May 2013

RANCANGAN Dİ ALAM


RANCANGAN Dİ ALAM

Kenyataan bahwa makhluk hidup memiliki bentuk dengan rancangan sempurna membuktikan bahwa mereka mustahil pernah terbentuk dengan sendirinya. Rancangan di alam adalah bukti jelas yang menunjukkan adanya penciptaan.

Apa yang muncul dalam benak anda jika ketika sedang berjalan di tengah hutan belantara, tiba-tiba anda menemukan mobil dengan model terbaru di antara pepohonan? Akankah anda berpikir beragam bahan baku di dalam hutan tersebut telah berdatangan dengan sendirinya dan saling bergabung secara kebetulan selama jutaan tahun dan kemudian membentuk mobil tersebut? Semua bahan baku pembentuk mobil berasal dari besi, plastik, karet, tanah atau produk sampingnya, tetapi akankah fakta ini membuat anda berpikir bahwa bahan-bahan ini telah berkumpul menjadi satu “secara kebetulan” dan dengan sendirinya membentuk sebuah mobil?

Tidak diragukan lagi, manusia berakal sehat akan meyakini mobil tersebut sebagai hasil suatu rancangan cerdas, dengan kata lain ini adalah buatan pabrik, dan ia pun akan bertanya-tanya mengapa ada mobil di tengah hutan. Kemunculan secara tiba-tiba suatu rancangan rumit dalam bentuknya yang telah lengkap dari sebuah ketiadaan menunjukkan bahwa rancangan ini telah dibuat oleh sesuatu yang memiliki kecerdasan luar biasa.

Contoh tentang mobil di atas juga berlaku bagi makhluk hidup. Nyatanya, rancangan pada makhluk hidup terlalu sempurna dibandingkan dengan yang ada pada mobil. Sel, satuan terkecil pembentuk kehidupan, ternyata jauh lebih rumit dari produk teknologi buatan manusia. Lebih jauh lagi, organisme rumit yang tak dapat disederhanakan ini pasti telah terbentuk secara tiba-tiba dan dalam keadaan telah lengkap.

Karena itu sangatlah jelas, semua makhluk hidup adalah hasil dari suatu “perancangan” cerdas. Dengan kata lain semua makhluk hidup diciptakan oleh Allah.

Menghadapi kebenaran yang nyata ini, evolusionis malah berpaling dan mengambil konsep:”kebetulan”. Dengan mempercayai kebetulan murni dapat menghasilkan rancangan sempurna, evolusionis telah keluar dari batas akal dan ilmu pengetahuan. Pakar zoologi terkenal, Pierre Grassé, mantan presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, memberikan pernyataannya mengenai logika “kebetulan”, yang menjadi tulang punggungDarwinisme:

“Kemunculan pada saat yang tepat beragam mutasi yang memungkinkan hewan dan tumbuhan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan tampak sulit untuk dapat dipercaya. Namun teori Darwin malah lebih jauh dari itu: Suatu tumbuhan, seekor hewan membutuhkan beribu-ribu peristiwa keberuntungan yang tepat. Begitulah, keajaiban menjadi kaidah: peristiwa-peristiwa dengan kemungkinan teramat kecil tidak boleh gagal terjadi...Tidak ada hukum yang melarang untuk berkhayal, tetapi ilmu pengetahuan tidak seharusnya terjerembab ke dalamnya.

Grassé menyimpulkan apa arti konsep “kebetulan” bagi para evolusionis: “...Kebetulan menjadi semacam mukjizat yang, di balik kedok atheisme, tidak diberi nama tetapi disembah secara diam-diam”.

Inilah bentuk kepercayaan takhayul yang mendasari Darwinisme.

No comments:

Post a Comment