SELEKSI
ALAM
Darwin mengemukakan bahwa seleksi alam merupakan agen utama
penyebab terjadinya evolusi. Darwin (dan Wallace) menyimpulkan seleksi dari
prinsip yang dikemukakan oleh Malthus bahwa setiap populasi cenderung bertambah
jumlahnya seperti deret ukur, dan sebagai akibatnya cepat atau lambat akan
terjadi perbenturan antar anggota dalam pemanfaatan sumber daya khususnya bila
ketersediaannya terbatas. Hanya sebagian, seringkali merupakan bagian kecil,
dari keturunannya bertahan hidup :
sementara besar lainnya tereliminasi.
Dengan berkembangnya ilmu genetika, teori itu diperkaya
sehingga muncul Neo Darwinian. Menurut Lemer (1958), definisi seleksi alam
adalah segala proses yang menyebabkan pembedaan non random dalam reproduksi
terhadap genotype; atau alel gen dan kompleks gen dari generasi ke generasi
berikutnya.
Anggota populasi yang membawa genotype yang lebih adaptif
(superior) berpeluang lebih besar untuk bertahan daripada keturunan yang
inferior. Jumlah individu keturunan yang superior akan bertambah sementara
jumlah individu inferior akan berkurang dari satu generasi ke generasi lainnya.
Seleksi alam pun
juga masih bekerja, sekalipun jika semua keturunan dapat bertahan hidup dalam
beberapa generasi. Contohnya adalah pada jenis fauna yang memiliki beberapa
generasi dalam satu tahun. Jika makanan dan sumberdaya yang lain tidak terbatas
selama suatu musim, populasi akan bertambah seperti deret ukur dengan tidak ada
kematian di antara keturunannya. Hal itu tidak berarti seleksi tidak terjadi,
karena anggota populasi dengan genotype yang berbeda memproduksi keturunan
dalam jumlah yang berbeda atau berkembang mencapai matang seksual pada
kecepatan yang berbeda. Musim yang lain kemungkinan mengurangi jumlah individu
secara drastis
tanpa pilih-pilih. Jadi pertumbuhan eksponensial dan seleksi kemungkinan akan
dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya. Pebedaan fekunditas, sesungguhnya juga
merupakan agent penyeleksi yang kuat karena menentukan perbedaan jumlah
individu yang dapat bertahan hidup atau dan jumlah individu yang akan mati,
yang ditunjukkan dalam angka kematian (Dobzhansky, 1970).
Darwin telah menerima, namun dengan sedikit keraguan, slogan
Herbert Spencer “survival of the fittest in the struggle for life” sebagai
altenatif untuk menerangkan proses seleksi alam, namun saat ini slogan itu
nampaknya dipandang tidak sepenuhnya tepat. Tidak hanya individu atau jenis
yang terkuat tetapi mereka yang lumayan pas dengan lingkungan dapat bertahan
hidup dan bereproduksi. Dalam kondisi seleksi yang lunak atau halus semua
individu atau jenis pembawa genotype yang bermacam-macam dapat bertahan hidup
ketika populasi berkurang. Individu yang fit (individu yang sesuai dengan
lingkungan dapat bertoleransi dengan lingkungan) tidak harus mereka yang paling
kuat, paling agresif atau paling bertenaga, melainkan mereka yang mampu
bereproduksi menghasilkan keturunan dengan jumlah terbanyak yang viable dan
fertile.
Seleksi alam tidak menyebabkan timbulnya material baru
(bahan genetik
yang baru yang di masa mendatang akan datang diseleksi lagi), melainkan justru menyebabkan hilangnya
suatu varian genetik
atau berkurang frekuensi gen tertentu. Seleksi alam bekerja efektif hanya bila
populasi berisi dua atau lebih genotype, yang mana dari varian itu ada yang
akan tetap bertahan atau ada yang tereliminasi pada kecepatan yang berbeda-beda.
Pada seleksi buatan, breeder akan memilih varian genetik (individu dengan genotype) tertentu
untuk dijadikan induk untuk generasi yang akan datang. Permasalahan yang timbul adalah dari
mana sumber materi dasar atau bahan mentah genetik penyebab keanekaragaman genetik pada varian-varian yang akan obyek
seleksi oleh alam. Permasalahan itu terpecahkan setelah T.H Morgan dan
kawan-kawan meneliti mutasi pada lalat buah Drosophilia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses mutasi menyuplai bahan mentah genetik yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman
genetik dimana nantinya seleksi alam
bekerja (Dobzhansky, 1970).
Implikasi dari teori evolusi melalui alam ini sangat luas, tidak hanya mencakup
bidang filsafat namun juga sosial-ekonomi
dan budaya:
·
Penggantian
cara pandang bahwa dunia tidak statis melainkan berevolusi.
·
Paham
creationisme berkurang pengaruhnya.
·
Penolakan
terhadap teleology kosmis.
·
Penjelasan
“desain” di dunia oleh proses materialistik seleksi alam, proses yang mencakup
interaksi antara variasi yang tidak beraturan dan reproduksi yang sukses
bersifat oportunistik yang sepenuhnya jauh dari dogma agama.
·
Penggatian
pola pikir Essensialisme oleh pola pikir populasi.
·
Memberikan
inspirasi yang disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik seperti gerakan Nazi
di Jerman, Musolini di Italia, kebijakan “eugenic” di Singapura di masa Lee
Kuan Yu dan berkembangnya ekonomi liberal yang dikemas dengan label
Social-Darwinian.
No comments:
Post a Comment