EVOLUSI SEQUENCE DNA, RNA, DAN PROTEIN
Selama jutaan tahun berputarnya
roda evolusi, laju mutasi yang terjadi pada sequence DNA pada gen di masa
lampau berjalan sangat lambat dan tidak fluktuatif. sebagian besar dari hasil
mutasi tersebut terseleksi karena menglami kerusakan, sementara yang lain akan
tetap lestari. Terkadang mutasi pada suatu gen menjadi mutasi netral yang tidak
menguntungkan atau berbahaya bagi organisme pembawa gen tersebut. Ada pula mutasi yang
dapat memperkuat fungsi suatu gen atau protein yang dikode, tetapi kejadian
semacam ini masih jarang terjadi. Sementara ada pula mutasi yang semula
merugikan lalu berubah menjadi menguntungkan saat terjadi perubahan lingkungan.
Dalam kondisi sesungguhnya
protein jauh lebih penting daripada bagaimana keadaan sequence gen. Selama
protein masih berfungsi dengan normal, maka mutasi pada gen pengkode protein
tersebut tidak perlu dipermasalahkan. Banyak asam amino yang menyusun suatu
protein dapat membentuk berbagai variasi, akan tetapi dalam batas tertentu
mutasi semacam ini tidak merusak fungsi protein.
Pergantian asam amino jarang
sekali menyebabkan kerusakan protein. Bila dilakukan perbandingan beberapa
sequence protein yang sama dari berbagai organisme masa kini maka akan nampak
kemiripan dari sequence tersebut. Sebagai contoh, rantai α pada hemoglobin pada
manusia dan simpanse adalah serupa, tingkat perbedaan asam amino hemoglobin
pada manusia dan babi adalah sebesar 13%, bila dibandingkan dengan ayam
perbedaannya sebesar 25%, dan bila dibandingkan dengan ikan perbedaannya
sebesar 50%.
Selanjutnya dapat disusun pohon
evolusi berdasarkan set sequence untuk protein pada berbagai organisme yang
diamati. Sebagai contoh adalah rantai α pada hemoglobin yang hanya terdapat
pada organisme yang berkerabat dengan manusia.
Sedangkan sitokrom c adalah
protein yang berperan dalam menghasilkan energi pada organisme tingkat tinggi
termasuk tanaman dan fungi. Manusia dan ikan memiliki perbedaan sitokrom c
sebesar 18%, sedangkan bila dibandingkan dengan tanaman atau fungi memiliki
tingkat perbedaan 45%, sementara tanaman dan fungi juga memiliki perbedaan
sebesar 45%. Dari hasil tersebut dapat tergambar bahwa jalur evolusi tanaman
dan fungi telah terpisah amat jauh sebagaimana terpisahnya evolusi hewan dari tanaman.
Mutasi individual dapat berperan
mengubah suatu sequence gen menjadi sequence leluhurnya. Akan tetapi mutasi
balik semacam itu hampir tidak pernah terjadi. Hal ini terkait dengan
probabilitas. Pada dasarnya tidak ada yang menghalangi suatu mutasi untuk
berbalik mengubah suatu sequence menjadi sequence leluhurnya, akan tetapi
kemungkinannya teramat kecil.
No comments:
Post a Comment