FASISME, RASISME DAN DARWINISME
Kita
dapat membuat daftar ciri-ciri khas utama fasisme seperti konsep-konsep otoriter atau hukum negara yang
diktatoris, dan kebijakan luar negeri yang agresif. Namun di samping semua ini,
karakteristik yang benar-benar dominan adalah rasisme.
Jika kita menelaah ideologi Nazi khususnya, kita dapat melihat bahwa rasisme lah yang membuat fasisme seperti
adanya. Kaum Nazi bangkit dengan mimpi membangun
hegemoni ras Aria, yang mereka yakini sebagai ras unggul, di seluruh dunia, sebuah gagasan yang menjadi dasar
semua kebijakan dan ukuran sosial mereka.
Dalam ucapan Wilhelm Reich, “Teori
ras adalah poros teoritis fasisme Jerman.”
Rasisme
juga merupakan ideologi fundamental pada rezim-rezim fasis lainnya, seperti rezim Mussolini dan Franco,
walau tidak sejauh pada Nazi. Mussolini menyebutkan
bahwa kaum Romawi yang memerintah Kekaisaran Roma adalah sebuah “ras unggul”, dan bahwa orang-orang Italia, sebagai
keturunan mereka, juga memiliki
sifat unggul ini. Penaklukan Ethiopia didasarkan pada ide ras unggul ini, dan bahwa orang-orang Ethiopia yang berkulit
hitam ini harus tunduk kepada orang Italia, sesuai
dengan apa yang dianggap sebagai hirarki rasial alamiah. Franco mengemukakan klaim serupa untuk Spanyol.
Fasisme
Jepang, yang berkembang sebelum Perang Dunia II dan merupakan bagian dari aliansi Hitler-Mussolini,
juga mengidap suatu kompl eks kejiwaan “ras unggul”.
Dalam New York Times tanggal 14 Agustus 1942, Otto D. Tolischus menulis tentang sebuah buku kecil terbitan Tokyo
dari Profesor Chikao Fujisawa, salah seorang
tokoh pemikiran politik dan filsafat Jepang,;
Menurut
buku kecil ini, yang dicetak untuk penyebaran seluas-luasnya, Jepang sebagai tanah air asli ras manusia dan
peradaban dunia, sedang berjuang dalam perang
suci untuk mempersatukan kembali seluruh umat manusia yang sedang berperang ke dalam satu rumah tangga
universal di mana setiap bangsa akan mengambil
tempatnya yang selayaknya di bawah kedaulatan agung Kekaisaran Jepang, yang merupakan keturunan
langsung dari Dewi Matahari dalam “pusat kehi dupan kosmik absolut”, dari mana asal mula bangsa-bangsa itu
sebelum tersesat, dan ke
mana mereka harus kembali.
Yang
menarik, aliansi negara-negara fasis dibangun di antara kelompok-kelompok yang
masing-masingnya memandang diri mereka sebagai “ras superior”. Sebagai contoh, kaum Nazi tidak
keberatan dengan klaim ras unggul Jepang, bahkan malah
membesarkan hati mereka dengan menggambarkan Jepang sebagai “bangsa Aria
kehormatan”.
Namun,
apakah akar rasisme yang menjadi dasar bagi semua rezim dan gerakan fasisme?
Kita
akan menemukan jawaban bagi pertanyaan tersebut dalam bab ini.
No comments:
Post a Comment