FREKUENSI ALEL
Di
samping dengan melihat macam dan jumlah genotipenya, susunan genetik suatu populasi dapat
juga dideskripsi atas dasar keberadaan
gennya. Hal ini karena populasi dalam arti genetika, seperti telah dikatakan di atas, bukan
sekedar kumpulan individu, melainkan
kumpulan individu yang dapat melangsungkan perkawinan sehingga terjadi transmisi gen dari
generasi ke generasi. Dalam proses transmisi
ini, genotipe tetua (parental) akan dibongkar dan dirakit kembali menjadi genotipe keturunannya
melalui segregasi dan rekombinasi
gen-gen yang dibawa oleh tiap gamet yang terbentuk, sementara gen-gen itu sendiri akan
mengalami kesinambungan (kontinyuitas).
Dengan demikian, deskripsi susunan genetik populasi dilihat dari gen-gen yang terdapat di
dalamnya sebenarnya justru lebih bermakna
bila dibandingkan dengan tinjauan dari genotipenya.Susunan
genetik suatu populasi ditinjau dari gen-gen yang
ada dinyatakan sebagai frekuensi gen, atau disebut juga frekuensi alel, yaitu proporsi atau persentase
alel tertentu pada suatu lokus. Pola pewarisan
suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan persilangan buatan. Pada tanaman keras
atau hewan-hewan dengan daur
hidup panjang seperti gajah, misalnya, suatu persilangan baru akan memberikan hasil yang dapat
dianalisis setelah kurun waktu yang sangat
lama. Demikian pula, untuk mempelajari pola pewarisan sifat tertentu pada manusia jelas tidak
mungkin dilakukan percobaan persilangan.
Pola pewarisan sifat pada organisme-organisme semacam itu harus dianalisis menggunakan data
hasil pengamatan langsung pada
populasi yang ada. Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada cabang genetika
yang disebut genetika populasi.
Genetika
populasi mempunyai cakupan yang sangat luas karena
melibatkan populasi suatu biotik dan abiotik. Dalam pembahasan masalah genetika populasi
ekosistem menjadi tinjaun penting
yang akan menghubungkan terjadinya perubahan suatu populasi akibat adanya adaptasi bahkan
suatu mutasi dalam kerangka konsep
evolusi. Sebagai gambran bahwa semua variasi di dalam tapak hutan terbentuk sebagai hasil kekuatan
alami. Hal itu tersedia untuk digunakan
rimbawan jika dapat dikenali dan dikemas ke dalam individu
pohon dalam wujud peningkatan genotip. Sumber terakhir dari semua variabilitas adalah mutasi.
Sebagai tambahan variabilitas yang
ditemukan pada tapak alami, manusia dapat menghilangkan dan menciptakan baik variabilitas baru
maupun membentuk bersama-sama genotypes untuk menciptakan kombinasi
genetik baru dan bermanfaat.
Walaupun variasi di dalam hutan saat ini merupakan hasil kekuatan alami di mana rimbawan hanya
mempunyai sedikit kendali, adalah
penting untuk memahami kekuatan ini. Rimbawan menentukan
jumlah dan macam variasi genetik ditemukan antar dan di dalam populasi. Bentuk kekuatan ini
dasar untuk area spesiasi yang khusus
dan mencakup kejadian evolusi. Di dalam terminologi yang paling sederhana, variabilitas di dalam
tapak alami disebabkan oleh empat
faktor utama. Dua faktor akan menyebabkan terjadinya peningkatan variasi dan dua yang
menurunkan. Kekuatan secara alami aktif
untuk meningkatkan variasi adalah mutasi dan gene flow sedangkan yang menurunkan adalah seleksi
alami dan genetik drift. Kekuatan
yang bekerja digambarkan secara sistimatik.
No comments:
Post a Comment