KAIDAH-KAIDAH MENDEL
Manusia tertarik oleh ilmu genetika sejak awal sejarah yang terekam dan telah
diketahui bahwa sejak 6000 tahun yang silam manusia telah merekam silsilah kuda. Walaupun
begitu, sampai kira-kira 120 tahun yang lalu, segala usaha untuk
menjelaskan hasil rekaman silsilah itu
selalu gagal, sebab peneliti-peneliti itu memusatkan perhatiannya pada terlalu banyak
sifat pada suatu saat dan akibatnya tidak
dapat membedakan mana hutan mana pohon (tak dapat melihat persoalan). Seorang ilmuwan
Austria, yang bernama Gregor Mendel
(1822-1884) adalah orang yang mula-mula dapat merumuskan kaidah dasar kebakaan dan mencatat
penemuannya itu dalam suatu karya ilmiah
yang diterbitkan pada tahun 1866. Percobaan-percobaan Mendel seluruhnya dikerjakan
pada tumbuhan, terutama Pisum sativum
(satu macam ercis), tetapi kesimpulannya kini dapat diterapkan pada hampir semua bentuk
makhluk hidup. Tidak seperti
peneliti-peneliti terdahulu, Mendel membatasi perhatiannya pada penurunan (transmission) satu
atau beberapa sifat dalam eksperimen
penangkaran yang terencana, yaitu suatu eksperimen yang tumbuhan induknya memperlihatkan
satu atau lebih sifat yang sama tetapi
dengan ekspresi yang kontras ditangkarsilangkan (cross-bred) atau
disilangkan, dan catatan yang teliti dari hasil silangannya selama beberapa
generasi disimpan dengan baik. Keberhasilan
Mendel terutama disebabkan oleh cara pendekatan terhadap masalah yang dilakukan secara logis.
Hasil-hasil pengamatannya, ia
lakukan bukan hanya diterangkan melalui metode pendekatan, tetapi juga melalui saran-sarannya
tentang unsur khusus yang berkaitan dengan
apa yang kini disebut gen. Ia telah mencapai kemajuan yang luar biasa ke arah pemahaman yang
nyata tentang kebakaan. Kehebatan
sumbangan Mendel bukan terletak pada pengamatannya, tetapi pada cara mengambil
kesimpulan. Analisisnya yang teoritis tentang
kebakaan itu berada jauh ke depan dari masanya dan ia sangat kecewa bahwa semasa hidupnya hasii
karyanya dilupakan orang. Baru
pada tahun 1900, hasil-hasil Mendel dibaca oleh para ahli sehingga diketahui betapa
pentingnya karya Mendel, sehingga Mendel menjadi
terkenal di seluruh dunia dalam beberapa bulan saja. Sejak penemuan kembali karya Mendel
itu, genetika menjadi salah satu
cabang utama biologi, yang mempengaruhi setiap aspek biologi, dari mulai proses-proses biokimia
dalam sel dan perilaku virus di satu
pihak sampai perilaku populasi dan jalannya evolusi di lain pihak. Konsep tentang gen
sebagai suatu faktor kebakaan tak disangsikan
lagi merupakan salah satu dasar biologi modern, yang pentingnya sebanding dengan konsep
sel dan konsep evolusi. Dari caranya
Mendel menangani program penangkaran jelaslah bahwa ia menyadari adanya dua
persyaratan praktis bagi keberhasilan perencanaan
suaru percobaan yang kritis tentang kebakaan dari setiap organisme yang bereproduksi
secara kawin. Pertama, persilangan
harus dilakukan antar tetua yang memiliki sifat yang sama tetapi memperlihatkan penampilan yang
kontras. Jika umpamanya kita ingin
mempelajari sesuatu tentang kebakaan sifat pendeknya batang pada tumbuhan tertentu, kita
harus menyilangkan suatu individu yang
memiliki batang yang ukurannya normal dengan individu yang batangnya pendek, sedangkan semua
sifat lainnya kira kesampingkan.
Persyaratan kedua ialah bahwa masing-masing tetuanya harus berasal dari galur penangkaran
murni (yaitu suatu galur individu yang berbiak
sejati bagi sifat-sifat yang sedang diamati), sebab jika persyaratan ini tidak terpenuhi,
perbedaan apa pun yang tampak pada keturunannya
tak dapat dianggap berasal dari perbedaan turun-temurun antara tetuanya.'Galur murni' yang
demikian hanya dapat diperoleh dengan
pasti pada organisme yang mengadakan perkawinan sindiri secara terarur (yang dalam
hal tumbuhan berbunga berarti bahwa setiap
bunga secara teratur diserbuk oleh serbuk sarinya sendiri).
No comments:
Post a Comment