KEBENCIAN NAZI TERHADAP AGAMA
Kita
telah mengkaji akar dari ideologi Nazi dan sikapnya terhadap agama. Sebagaimana ditunjukkan dalam
contoh-contoh yang telah kita cermati, ideologi Nazi bertentangan dan berlawanan dengan semua
agama ketuhanan. Landasan ideologi ini
adalah filsafat anti agama dari Nietzsche, dan teori evolusi Darwin yang ateis
dan menyangkal fakta penciptaan. Cara
pandang etika Nazi merupakan tiruan dari budaya pagan
Yunani kuno dan suku-suku Jerman pra-Kristen yang biadab: Nazisme adalah sebuah ideologi pagan dan keberhalaan.
Fakta
ini telah diungkapkan oleh banyak komentator tentang hal ini. Dalam sebuah artikel berjudul “Darwinisme dan Holocaust Ras Nazi”,
peneliti Amerika Jerry Bergman
menguraikan pandangan Nazi tentang agama sebagai berikut,
Penghapusan
doktrin Judeo-Kristiani tentang asal usul manusia dari garis besar teologi (liberal) Jerman dan
sekolah-sekolahnya, dan menggantikannya dengan Darwinisme,
secara terbuka memperbesar penerimaan akan Darwinisme Sosial yang memuncak
dalam tragedi holocaust.
Daniel
Gasman, pengarang Asal Usul Ilmiah Sosialisme Nasional pun sependapat:
(Hitler)
menekankan dan menunjuk gagasan evolusi biologis sebagai senjata paling kuat untuk melawan agama
tradisional dan berulang kali mencela agama Kristen
karena menentang pengajaran evolusi. Bagi Hitler evolusi merupakan penanda sains dan budaya modern, dan ia
membela kebenarannya sesengit Haeckel.
Hitler
pernah mengungkapkan kebenciannya akan agama ketika ia dengan blak-blakan menyatakan agama sebagai:
…kebohongan
terorganisir yang harus dihancurkan. Negara harus tetap menjadi penguasa absolut. Ketika aku
masih muda, kupikir hal itu perlu dilakukan (menghancurkan
agama)… dengan dinamit. Sejak itu aku menyadari bahwa ada ruang untuk sedikit kepelikan.... Keadaan
akhir haruslah… . di Kursi St. Peter, duduk seorang pejabat yang pikun; di hadapannya beberapa
wanita tua yang seram… . Yang muda dan
sehat berada di pihak kita… Orang-orang kita sebelumnya telah berhasil hidup baik-baik saja tanpa agama ini. Aku mempunyai
enam divisi orang-orang SS yang sama
sekali tidak peduli akan masalah agama. Hal itu tidak menghalangi mereka menemui kematian dengan kedamaian di
dalam jiwa mereka.
Seperti
telah kita lihat, satu-satunya yang dianggap penting oleh Hitler, pada tingkat spiritual, adalah pemahaman yang
membawa orang untuk “menemui kematian dengan kedamaian di dalam jiwa”. Pemikiran ini ditemukan di dalam
bentuk konsep pagan seperti “jiwa Jerman”,
dan “kehormatan
perang”. Sementara itu, ia memandang agama-agama ketuhanan sebagai
kepercayaan yang harus “di
hancurkan dengan dinamit”.
Hitler
menyimpulkan pandangan-pandangannya tentang agama kepada stafnya pada pertemuan di rumahnya di
Oberzalsberg:
Kamu
tahu, kita kurang beruntung karena memiliki agama yang keliru. Mengapa kita tidak memiliki agama
seperti dipunyai bangsa Jepang, yang memandang
pengorbanan bagi tanah air sebagai kebajikan tertinggi?
Inilah
pendapat sejati Hitler tentang agama. Jika agama memerintahkan peperangan, sebagaimana agama bangsa
Jepang, maka ia dapat diterima agar dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuannya
sendiri. Akan tetapi agama Kristen mengajarkan perdamaian,
bukan peperangan, dan pengorbanan pribadi, bukannya egoisme dan persaingan. Karena itu, Partai Nazi
berperang terus-menerus dengan Gereja Katolik.
No comments:
Post a Comment