MAKNA SEJATI DARI ANTI SEMITISME DALAM NAZI
Untuk
memahami gagasan-gagasan dan kebijakan-kebijakan keagamaan Nazi, kita harus meneliti permusuhan fanatis
mereka terhadap kaum Yahudi dan agama Yahudi.
Anti
Semitisme dalam Nazi merupakan bagian dari kebencian mereka terhadap agama. Sebab, menurut pemikiran Nazi,
bangsa Jerman awalnya adalah masyarakat pagan-prajurit,
sebelum akhirnya mereka meninggalkan budaya tersebut seiring dengan penyebaran agama Kristen, sebuah
kelanjutan dari agama Yahudi. Kebencian Nazi
terhadap agama Kristen berakar dari fakta bahwa mereka memandangnya sebagai sebuah “konspirasi Yahudi”. Kaum Nazi tak bisa menerima gagasan
bahwa Nabi Isa, yang keturunan Yahudi, harus
dicintai dan dihormati oleh bangsa Jerman yang
mereka anggap sebagai “ras
terbaik”. Menurut pendapat Nazi, bukan nabi berdarah Yahudi yang harus menerangi
jalan bangsa Jerman, melainkan prajurit-prajurit yang
kejam dan biadab dalam budaya pagan Jerman.
Menurut
ideologi Nazi, sejarah dunia di pandang sebagai konflik antara “ras Aria” dan
“ras Semit”. Bagi
kaum Nazi, ras Aria adalah pemimpin budaya Indo-Eropa, dan ras Semit (Yahudi dan Arab) adalah
pemimpin budaya Timur Tengah. Karakteristik
fundamental dari budaya Indo-Eropa adalah sistem keyakinan pagannya. Atas dasar inilah para pendukung Nazi
memandang diri mereka sendiri sebagai pewaris
paganisme. Mereka menganggap bangsa Yahudi sebagai ras musuh yang telah membuang paganisme dan menyebarkan
keyakinan monoteistik kepada seluruh
dunia.
Pink
Swastika, yang membahas ideologi - ideologi
pagan Nazi, menyimpulkan:
Alasan
kaum Nazi menyerang bangsa Yahudi terlebih dulu dan bersumpah untuk memusnahkan mereka secara fisik
dan mental adalah karena ajaran-ajaran Bibel,
baik Taurat maupun Perjanjian Baru, mewakili dasar-dasar bagi keseluruhan sistem etika Kristen.
Keyakinan
keliru kaum Nazi ini dapat dilihat dalam banyak gerakan fasis lainnya. Banyak kelompok neo-fasis dewasa ini
memegang kepercayaan pagan yang mereka Anggap “agama ras Aria”,
dan menyimpan kebencian khusus terhadap agama-agama yang diturunkan seperti Islam, Kristen,
dan Yahudi, yang mereka sebut sebagai “mitos Semit”. Begitu pula, berdasarkan logika yang
menyimpang semacam itu, kelompok fasis
muncul di dunia Islam dan mencoba untuk mengembangkan anti-Semitisme jenis baru dalam bentuk “anti-Arabisme”.
Namun,
agama ketuhanan tidak dialamatkan semata untuk ras-ras semit, tetapi kepada semua orang. Fasisme, yang
menolak agama yang telah diturunkan Tuhan kepada
umat manusia, dan memuja-muja paganisme dari leluhurnya, sesungguhnya merupakan suatu kekeliruan besar. Allah
menyebutkan tentang orang-orang keliru yang
berpaling kepada “agama
nenek moyangnya” di
dalam Al Quran.
“Dan
apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab: ", tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang
kami". ", walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?” (QS. Al Baqarah, 2: 170)
font-si � 2 0 �� ��� eight:
115%;font-family:"Arial","sans-serif"'>kebenaran”.
Dia memuji pentingnya cinta sebagai lawan dari sistem rasis yang berdasarkan kepada kebencian. Dia
dihukum mati oleh Nazi karena perilaku subversif
ini.
Antara
tahun 1933 dan 1939, sejumlah besar pendeta Katolik ditangkap. Erich Klausener, pemimpin Aksi Katolik Jerman,
terbunuh saat pembersihan di tahun 1934. Media-media
Katolik dilarang. Kaum Nazi juga menyerang sejumlah gereja Protestan.
Sebaliknya,
kalangan kependetaan yang bersekongkol dengan ideologi Nazi diberi penghargaan. Salah seorang di
antaranya adalah Dr. Hans Kerrl, Menteri Urusan Gereja
bawahan Hitler. Dalam pidato yang disampaikan di depan para pemimpin gereja pada 13 Februari 1937, Dr. K errl
secara terbuka menyatakan agama Kristen sebagai
sebuah alat ideologi Nazi, “Partai
ini berakar pada dasar-dasar ajaran Kristen Positif,
dan Kristen Positif adalah Sosialisme Nasional… Sosialisme Nasional adal ah pel aksanaan kehendak Tuhan.”
Pada
akhir tahun 1937 dan awal tahun 1938, kalangan pastor Protestan, yang menyerah pada terorisme Nazi, bersumpah
setia pada Hitler, dan dengan demikian menyegel
kekalahan kekuasaan agamawi. Dengan itu, Hitler melaksanakan dominasinya atas semua sendi kehidupan.
Bahkan, gereja pun berada dalam genggamannya.
Namun tujuan Hitler sebenarnya adalah untuk menyingkirkan semua agama ketuhanan, dan membawa Jerman
seutuhnya kepada paganisme. Dalam sebuah
dekrit rahasia yang dibuat pada Juni 1941, tujuan Nazi untuk menghancurkan agama dijelaskan sebagai berikut:
Semakin
banyak orang yang harus dipisahkan dari gereja dan kaki tangannya, para pastor… Jangan pernah lagi ada
kepemimpi nan masyarakat yang diserahkan pada
gereja. Pengaruh ini harus dipatahkan sepenuhnya hingga tuntas. Yang memiliki hak untuk memimpin rakyat hanyalah
pemerintahan Reich, dan melalui arahannya Partai,
komponen-komponen dan unit-unitnya.
No comments:
Post a Comment