POLITIK PENDUDUKAN FASISME
Ciri
khas lain yang tanpanya Fasisme tidak akan mampu bertahan adalah politik ekspansi dengan cara menduduki negara
lain. Dasar politik invasi ini adalah rasisme, dan
konsep “perjuangan
untuk bertahan hidup di antara ras-ras”,
sebuah warisan dari Darwinisme.
Negara-negara fasis percaya bahwa untuk berkembang sebagai sebuah bangsa, mereka harus menguasai
bangsa-bangsa lain yang lebih lemah, dan tumbuh dengan
mengisap mereka.
Menurut
cara berpikir fasis, manusia hanya bisa maju dengan melibatkan diri di dalam peperangan. Oleh karena itu, “militerisme”
adalah karakteristik fasisme yang paling
menentukan. Untuk mendorong semangat perang ini, partai - partai fasis berusaha untuk mengesankan rakyat dengan
pakaian-pakaian seragam dan upacara-upacara yang megah. Dalam ucapan Mussolini, “Fasisme… tidak percaya pada kemungkinan ataupun kegunaan perdamaian
abadi. Hanya perang yang membangkitkan
seluruh energi manusia hingga ke tingkat tertinggi dan memberi martabat bagi orang yang punya
keberanian untuk mencapainya.”
Mussolini
mengungkapkan penentangan terhadap perdamaian dalam pidatonya yang lain, “Aku tidak percaya pada perdamaian, dan
aku memandang perdamaian
menghilangkan semangat dan merupakan sebuah sangkalan terhadap seluruh kebaikan manusia.”
Mussolini
menimbulkan penderitaan yang sangat besar, baik pada rakyatnya sendiri maupun pada negara-negara yang
dia duduki, atas nama ideologi. Dia menginvasi
Ethiopia (Abesinia) tahun 1935, dan 15.000 muslim tak berdosa dibunuh demi mewuj udkan mimpi “membangun kembali Kekaisaran Romawi”. Ia
sama sekali tidak merasa menyesal
telah memerintahkan penembakan terhadap orang-orang sipil yang melawan pendudukan. Dia juga
bertanggung jawab atas kekejaman yang mengerikan
berupa penggunaan gas beracun terhadap rakyat sipil.
Catatan
paling memilukan dari politik pendudukan fasisme, tentu saja, adalah Nazi Jerman. Nazi mengklaim bahwa bangsa
Jerman, yakni “ras
yang berkuasa”, membutuhkan
“ruang untuk hidup” di luar batas negara Jerman, dan atas
alasan itu memicu Perang Dunia
II. Hanya dalam waktu singkat, Angkatan Darat Jerman telah menduduki Polandia, Belgia,
negara-negara Baltik, Prancis, semenanjung Balkan dan Afrika Utara, menyerbu Rusia hingga ke
Moskow, dan dari sana menuju Laut Kaspia.Pembunuhan ini, yang pada akhirnya
memuncak menjadi sebuah petaka bagi rakyat Jerman
dan negara-negara pendudukan, menyebabkan tewasnya 55 juta jiwa, dan merupakan warisan fasisme paling
berdarah di abad ke-20.
No comments:
Post a Comment