TRANSFORMASI SEL INANG
Tahap
berikutnya setelah ligasi adalah analisis terhadap hasil pemotongan DNA genomik dan DNA vektor
serta analisis hasil ligasi
molekul-molekul DNA tersebut. menggunakan teknik elektroforesis
(lihat Bab X). Jika hasil elektroforesis menunjukkan bahwa fragmen-fragmen DNA genomik telah
terligasi dengan baik pada
DNA vektor sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan, campuran reaksi ligasi dimasukkan ke
dalam sel inang agar dapat diperbanyak
dengan cepat. Dengan sendirinya, di dalam campuran reaksi tersebut selain terdapat molekul
DNA rekombinan, juga ada sejumlah
fragmen DNA genomik dan DNA plasmid yang tidak terligasi
satu sama lain. Tahap memasukkan campuran reaksi ligasi ke dalam sel inang ini dinamakan
transformasi karena sel inang diharapkan
akan mengalami perubahan sifat tertentu setelah dimasuki molekul DNA rekombinan. Teknik
transformasi pertama kali dikembangkan
pada tahun 1970 oleh M. Mandel dan A. Higa, yang melakukan
transformasi bakteri E. coli. Sebelumnya, transformasi pada beberapa spesies bakteri lainnya
yang mempunyai sistem transformasi
alami seperti Bacillus subtilis telah dapat dilakukan. Kemampuan transformasi B. subtilis pada
waktu itu telah dimanfaatkan
untuk mengubah strain-strain auksotrof (tidak dapat tumbuh pada medium minimal) menjadi
prototrof (dapat tumbuh pada
medium minimal) dengan menggunakan preparasi DNA genomik
utuh. Baru beberapa waktu kemudian transformasi dilakukan
menggunakan perantara vektor, yang selanjutnya juga dikembangkan pada transformasi E.coli.
Hal terpenting yang ditemukan
oleh Mandel dan Higa adalah perlakuan kalsium klorid (CaCl2) yang memungkinkan sel-sel E.
coli untuk mengambil DNA dari
bakteriofag l. Pada tahun 1972 S.N. Cohen dan kawan-kawannya menemukan bahwa sel-sel yang
diperlakukan dengan CaCl2 dapat juga mengambil
DNA plasmid. Frekuensi transformasi tertinggi akan diperoleh jika sel bakteri dan DNA
dicampur di dalam larutan CaCl2 pada
suhu 0 hingga 5oC. Perlakuan kejut panas antara 37 dan 45oC selama lebih kurang satu menit yang
diberikan setelah pencampuran DNA
dengan larutan CaCl2 tersebut dapat meningkatkan frekuensi transformasi tetapi tidak terlalu
esensial. Molekul DNA berukuran besar
lebih rendah efisiensi transformasinya daripada molekul DNA kecil. Mekanisme transformasi belum
sepenuhnya dapat dijelaskan. Namun,
setidak-tidaknya transformasi melibatkan tahap-tahap berikut ini. Molekul CaCl2 akan menyebabkan
sel-sel bakteri membengkak dan
membentuk sferoplas yang kehilangan protein periplasmiknya sehingga dinding sel menjadi bocor. DNA
yang ditambahkan ke dalam
campuran ini akan membentuk kompleks resisten Dnase dengan ion-ion Ca2+ yang terikat pada
permukaan sel. Kompleks ini kemudian
diambil oleh sel selama perlakuan kejut panas diberikan.
No comments:
Post a Comment