Powered By Blogger

Wednesday, 22 May 2013

REFLEKS MIKTURISI

REFLEKS MIKTURISI

Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak peningkatan kontraksi mikturisi. Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang sensorik di dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di uretra posterior ketika area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dikirimkan ke segmen sakralis dari medula spinalis melalui saraf pelvis dan kemudian dikembalikan secara refleks ke kandung kemih melalui serabut saraf parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama.

Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini biasanya akan berelaksasi secara spontan. Dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung kemih terus terisi, refleks mikturisi menjadi semakin sering dan menyebabkan kontraksi oto detrusor yang lebih kuat.

Sekali refleks mikturisi dimulai,, refleks ini bersifat :regenerasi sendiri”. Yang artinya, kontraksi awal kandung kemih akan mengaktifkan reeptor regang yang menyebabkan peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung kemih dan uretra posterior, sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih selanjutnya. Jadi, siklus ini berulang terus menerus sampai kandung kemih mencapai derajat kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang beregenerasi sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks mikturisi menjadi terhenti, sehingga memungkinkan kandung kemih berelaksasi.

Jadi, refleks mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap yang terdiri dari (1) kenaikan tekanan secara cepat dan progresif, (2) periode tekanan menetap, dan (3) kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal. Bila refleks mikturisi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih, elemen persarafan pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks mikturisi berikutnya. Bila kandung kemih terus-menerus diisi, akan terjadi refleks mikturisi yang semakin sering dan semakin kuat.

Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat di dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin tidak akan tejadi hingga kandung kemih terus terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih kuat lagi.

1 comment: