REFLEKS MIKTURISI
Seiring dengan
pengisian kandung kemih, mulai tampak peningkatan kontraksi mikturisi.
Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang
sensorik di dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di uretra
posterior ketika area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan kandung kemih
yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih
dikirimkan ke segmen sakralis dari medula spinalis melalui saraf pelvis dan
kemudian dikembalikan secara refleks ke kandung kemih melalui serabut saraf
parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama.
Bila kandung
kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini biasanya akan berelaksasi
secara spontan. Dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor berhenti
berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung kemih
terus terisi, refleks mikturisi menjadi semakin sering dan menyebabkan
kontraksi oto detrusor yang lebih kuat.
Sekali refleks
mikturisi dimulai,, refleks ini bersifat :regenerasi sendiri”. Yang artinya,
kontraksi awal kandung kemih akan mengaktifkan reeptor regang yang menyebabkan
peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung kemih dan uretra
posterior, sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih
selanjutnya. Jadi, siklus ini berulang terus menerus sampai kandung kemih
mencapai derajat kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik
sampai lebih dari semenit, refleks yang beregenerasi sendiri ini mulai
kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks mikturisi menjadi terhenti,
sehingga memungkinkan kandung kemih berelaksasi.
Jadi, refleks
mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap yang terdiri dari (1) kenaikan
tekanan secara cepat dan progresif, (2) periode tekanan menetap, dan (3)
kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal. Bila refleks mikturisi
yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih, elemen persarafan
pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa
menit hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks mikturisi berikutnya.
Bila kandung kemih terus-menerus diisi, akan terjadi refleks mikturisi yang
semakin sering dan semakin kuat.
Bila refleks
mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan melalui
saraf pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini
lebih kuat di dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter
eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin
tidak akan tejadi hingga kandung kemih terus terisi dan refleks mikturisi
menjadi lebih kuat lagi.
Terimakasih pak
ReplyDelete